Laporan Praktikum Ke: 10 Hari/Tanggal:
Senin/ 30 Mei 2011
Integrasi Proses Nutrisi Tempat Praktikum:Lab. Nutrisi Ternak Unggas
Nama
Asisten: Yasir Gunawan
Fatma Sari
Yulfita Sari
Putri
Aan
BIOSINTESIS DAN KUALITAS TELUR
Ivan Noveanto
D24090041
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejumlah perubahan
dalam produksi dan pengolahan pada industri telur telah terjadi, sehingga
mempengaruhi mutu telur yang didistribusikan kepada konsumen. Telur merupakan produk peternakan
yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat.
Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung
zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Oleh karenanya, telur merupakan
bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak yang sedantg tumbuh dan
memerlukan protein dalam jumlah banyak. Telur juga sangat baik dikonsumsi oleh
ibu yang sedang hamil maupun ibu yang menyusui.
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti
air, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan
embrio sampai menetas.Karena telur merupakan suatu bentuk tempat penimbunan zat
gizi seperti air, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Maka apabila salah satu
dari zat gizi tersebut kekurangan, telur akan mengalami suatu kelainan-
kelainan. Kelainan akibat defisiensi zat makanan seperti: bintik darah dalam
telur yang akan menyebabkan kerugian besar. Bintik tersebut biasanya akan
terlihat sebagai gumpalan darah pada permukaan kuning telur akibat robeknya
pembuluh darah kecil pada waktu kuning telur dilepas dari folikel ovarium.
Salah satu
yang menentukan kualitas telur adalah warna kuning telur atau yolk. Warna yolk
ini sangat mempengaruhi diterima atau tidaknya telur ini dalam pasar global.
Sehingga manajemen pemberian pakan untuk meningkatkan warna yolk sangat
dibutuhkan. Selain warna yolk, kualitas telur juga bisa diukur dari berat
telur, berat kuning telur, putih telur, berat kerabang, dan ketebalan kerabang
telur. Oleh karena itu, dalam praktikum ini akan dipelajari mengenai
efektivitas pemberian pakan yang berbeda terhadap kualitas telur.
Tujuan
Mengetahui efektivitas pemberian ransum yang berbeda
terhadap pembentukan warna kuning telur (yolk colour). Mengamati pengaruh
pemberian ransum yang berbeda terhadap kualitas telur lainnya (berat telur,
berat kuning telur, putih telur, berat kerabang, dan ketebalan kerabang telur).
TINJAUAN PUSTAKA
Telur
Telur adalah zigot
yang dihasilkan oleh aves
dan reptilia melalui fertilisasisel
telur dan berfungsi memelihara dan menjaga embrio.
Telur-telur reptilia dan burung diselimuti kerak
pelindung, yang memiliki lubang yang sangat kecil agar hewan
yang belum lahir tersebut dapat bernapas.Teluradalahsuatubentuktempatpenimbunanzatgiziseperti air, protein, lemek,
vitamin, dan mineral yang
diperlukanuntukpertumbuhanembriosampaimenetas.Selainitu,
telurkerabangnyajugaberfungsisebagaipelindungembrio.
Telur merupakan sumber
protein, lemak, mineral, dan vitamin yang baik bagi tubuh. Nilai gizi telur
sangat lengkap, telur merupakan sumber protein yang baik, kadar protein telur
sekitar 14%. Selain itu telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin
A dan D (dalam kuning telur). Satu butir telur berukuran sedangkan memberikan
energi sekitar 80 kkal. Berikut adalah tabel kandungan gizi dalam 100 gram
telur ayam (Muchtadi, 1990).
Tabel 2. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Telur Segar
Komposisi Kimia
Utuh Kuning Telur Putih Telur
Kalori (kkal) 162,0 361,0 50,0
Protein (gram) 12,8 16,3
10,8
Lemak (gram) 11,5
31,9 0,0
Karbohidrat (gram) 0,7 0,7 0,8
Kalsium (gram) 54,0 147,0
6,0
Fosfor (gram) 180,0 586,0 17,0
Vitamin A (SI) 900,0 2000,0
0,0
Vitamin B (SI) 0,1 0,27 0,0
Sumber: Komposisi Bahan Makanan, Departemen Kesehatan,
1972
Strukturtelursecaraumumterbagitigabagianyaitu,
kerabang, putihtelurdankuningtelur, danmasing-masingkadar 11%, 57%, dan 32%.
Kandunganzatgiziataukomposisikimiasebutirtelurutuhadalah air 65%, protein
11,8%, lemak 11%, karbohidrat 0,1%, dan mineral 11.6% .
Sedangkankomposisikimiatelurjikatanpakerabangadalah air 73%, protein 12,7%,
lemak 13,3%, dankarbohidrat 1%.
Kualitas telur ditentukan oleh eksterior dan
interior. Kualitas eksterior telur ditentukan antara lain oleh ukuran,
kebersihan serta keutuhan kerabang telur. Sedangkan kualitas interior antara
lain ditentukan oleh faktor ruang udara di dalam telur, kuning telur, putih
telur serta warna kuning telur.
Telur Puyuh
Telur
puyuh mempunyai nilai kandungan gizi yang tinggi, tidak kalah dengan
ternakunggas lainnya. Selian itu rasa nya juga lezat dan dapa disajikan dalam
aneka bentuk danrasa. Bahkan telur puyuh dipercaya memberi kekuatan sehingga
sering digunakan sebagaiobat kuat dan campuran untuk minim jamu atau anggur.
Dilihat dari kandungan proteindan lemaknnya dapat dikatakan telur puyuh lebih
baik dibandingkan telur unggas lainnya.Sebab telur puyuh mengandung protein
yang tinggi tetapi kadar lemaknya rendah.
Berikut ini
berturut-turut perbedaan susunan protein, lemak, karbohidrat, dan abu (dalam %)
telur puyuh dibandingkan dengan telur ternak unggas lainnya: Ayam ras: 12,7;
11,3; 0,9; 1,0; Ayam buras: 13,4; 10,3; 0,9; 1,0; Itik: 13,3; 14,5; 0,7; 1,1;
Angsa: 13,9; 13,3; 1,5; 1,1; Merpati: 13,8; 12,0; 0,8; 0,9; Kalkun: 13,1; 11,8;
1,7; 0,8
Puyuh: 13,1; 11,1; 1,0; 1,1. Jadi, berdasarkan data tersebut, kandungan nutrisi pada telur puyuh dapat dikatakan lebih baik dibandingkan telur ternak unggas lainnya, termasuk ayam.
Puyuh: 13,1; 11,1; 1,0; 1,1. Jadi, berdasarkan data tersebut, kandungan nutrisi pada telur puyuh dapat dikatakan lebih baik dibandingkan telur ternak unggas lainnya, termasuk ayam.
Kadar protein telur
puyuh cukup baik, dengan kadar lemak yang rendah. Sehingga jika mengonsumsi
telur puyuh, dapat tercukupi kebutuhan protein dan karbohidrat kita, tetapi
tidak takut kolesterol naik. Jadi, bisa untuk diet kolesterol juga (Evitasari,
1982).
Kualitas Telur Puyuh
Secara keseluruhan
kualitas sebutir telur bergantung pada kuantitas isi telur dan kulit telur,
selain itu juga berat telur mempengaruhi pula kuantitasnya.Kualitas isi telur (
Interior ) : untuk menentukan kualitas isi telur dapat dilihat dari bagian
dalam telur. Seperti rongga udara, kuning telur, putih telur, dan chalaza.
> rongga udara ---> telur yang masih segar memiliki rongga udara yang lebih kecil
Berikut merupakan pembagian kualitas telur melalui kedalaman rongga udara :
> rongga udara ---> telur yang masih segar memiliki rongga udara yang lebih kecil
Berikut merupakan pembagian kualitas telur melalui kedalaman rongga udara :
1.
kualitas AA memiliki kedalaman rongga udara sebesar 0,3cm
2.
kualitas A memiliki kedalaman rongga udara sebesar 0,5cm
3.
kualitas B memiliki kedalaman rongga udara lebih dari 0,5cm
>
kuning telur ---> telur yang segar memiliki kuning telur yang tidak cacat,
bersih dan tidak terdapat pembuluh darah. selain itu di dalam kuning telur
tidak terdapat bercak maupun potongan daging.Abnormalitas kuning telur seperti doble yolk egg atau
kuning telur ganda dapat
diakibatkan pada stressnya
ayam akibat faktor luar maupun penyakit pada ayam.
Kualitas luar telur (
Exterior ) : kualitas telur sebelah luar dapat dilihat dari beberapa parameter
yang dapat menjadi dasar acuan,
antara lain: 1. kebersihan kulit telur. 2. kondisi kulit telur.
3. warna kulit. 4. bentuk telur. 5. berat telur.
Menurut penelitian dari Sihombing (2006), terhadap 125 ekorburungpuyuh (Coturnixcoturnix
japonica) yang diberikanransum 23,17 gram/haridengankonsumsi protein 4,03
gram/harididapatkanrata-rata
kualitas telur burung puyuh sebagai berikut: Berattelur 9,73 gram;
Persentaseberatkerabang 7,78%;
Persentaseberatkuningtelur30,17%; Persentaseberat albumen 62,31%;
Tebalkerabang 0,12mm; Indekskuningtelur0,45; danIndeks albumen 0,14.
Terjadinyapeningkatanskorwarnakuningtelur yang
diberiperlakuanakanlebihdisukaikonsumensertatidakakanberpengaruhterhadapkomposisikimiakuningtelur,
melainkandengansemakintingginyaskorwarnakuningtelur yang
dihasilkanmakakandungan vitamin A kuningtelurtersebutakansemakintinggi. Hal
inisejalandenganpendapatSudaryani (1999) bahwakuningtelur yang
teranglebihbanyakmengandung vitamin A daripadakuningtelur yang
berwarnapucat.Semakinbanyakkandungan vitamin A dalamransum yang
diberikankepadaunggassedangbertelur, makakualitas vitamin A
dalamkuningtelursemakinbaik.
SumberPigmenKuningTelur
Salah satu ciri khas yang sangat menarik dari telur,
termasuk telur puyuh adalah warna kuning telurnya. Warna kuning telur tersebut,
bukan sekedar warna yang menyegarkan mata, tetapi juga menunjukkan bahwa telur
mengandung senyawa lutein dan Zeaksantin.Kedua
senyawa itu merupakan pigmen yang memberikan warna kuning. Selain memberikan
warna kuning, pigmen tersebut ternyata juga mempunyai khasiat kesehatan yang
luar biasa.
Kata lutein berasal dari bahasa latin luteusyang
berarti kuning emas. Demikian juga kata zeaksantin yang berasal dari kata Zea yang
merujuk pada genuz jagung, dan xanthin yang juga berasal dari bahasa latin yang
berarti kuning. Selain pada telur, lutein dan zeaksantin juga banyak terdapat
pada sayuran hijau.
Hasil penelitian yang dimuat dalam The Journal of Nutrition,
Agustus 2004, menunjukkan bahwa lutein pada kuning telut lebih mudah diserap
tubuh daripada luteinpada sayuran hijau seperti bayam. Meskipun belum ada penelitian
yang menjelaskan secara pasti, kemungknan besar karena kuning telur banyak
mengandung lemak, sehingga lutein lebih mudah larut dan diserap oleh tubuh.
Lutein dan zeaksantin tidak mempunyai aktivitas vitamin A,
meski keduanya sangat baik untuk mata. Secara ilmiah lutein dan zeaksantin
terdapat pada retina mata. Konsumsi makanan yang kaya lutein dan zeaksantin
akan meningkatkan kandungan lutein dan zeaksantin dalam retina mata.
Didalam retina mata, lutein dan zeaksantin dapat membantu
melindungi mata dari kerusakan dengan cara memfilter sinar biru, terutama pada
bayi dan anak-anak. Lutein
dan zeaksantin berpotensi menyerap cahaya biru hingga 20-90%.Anak-anak sangat
berpotensi terkena sinar biru yang berasal dari pancaran sinar matahari, layar
TV ataupun komputer. Sinar biru sebenarnya adalah sinar yang memiliki panjang
gelombang antara 400-500 nm pada spektrum sinar yang masih dapat diterima mata.
Namun, pada usia yang masih dini, lensa mata pada anak relatif jernih, sehingga belum maksimal menghambat sinar biru yang masuk. Jika hal tersebut berlangsung lama, sinar tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan menimbulkan luka pada retina mata anak (Astawan, 2010).
Namun, pada usia yang masih dini, lensa mata pada anak relatif jernih, sehingga belum maksimal menghambat sinar biru yang masuk. Jika hal tersebut berlangsung lama, sinar tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan menimbulkan luka pada retina mata anak (Astawan, 2010).
PigmenKuningTelurdariDaunSingkong
Telahdiketahuibahwapakanmempengaruhiwarnadarikuningtelur, yaitubahanpakan
yang mengandungpigmenkarotenoidterutamapigmenbeta karotendanxantofil.Bahanpakan
yang banyakmengandungpigmenbeta karotendanxantofildiantaranyabanyakterkandungpadahijauanataudaun-daunansepertidaunsingkong
(Manihotutilisima).
Terjadinyapeningkatanskorwarnakuningtelursebagaiakibatpemberiantepungdaunsingkongsebanyak
5% kedalamransum yang mengandungpigmenkarotenoiddanxantofil.Hal
inidisebabkanbahwawarnakuningtelurdihasilkanolehpigmenxantofil, yang
diperolehdariransum yang dikonsumsinya. Fletcher (1979)
menyatakanbahwaransumberpengaruhlangsungterhadapwarnakuningtelurterutamamakanan
yang mengandungpigmenkarotenoid, selanjutnyamenurutBornstein danBartov (1966)
terdapathubungan linier antarapigmentasikuningtelurdengankandunganxantofildi
dalamransum.
KandunganprovitaminA yang
berasaldaritepungdaunsingkonglebihtinggidibandingkandengandaunubijalardanecenggondok.
KandunganprovitaminAdaunsingkongadalah 11.000 IU per gram bahankering.
Penggunaandaunsingkongsebanyak 5% dalamransumakanmemberikanpenambahankandunganprovitamin
A kedalamransumsecaraberturut-turutsebanyak 550 IU per gram.
PigmenKuningTelurdariDaunKatuk
Banyak faktor yang
mempengaruhi kualitas telur. Salah satunya adanya pemberian pakan tambahan pada
unggas
petelur untuk memperbaiki mutu telur. Sauropus androgynus (katuk)
merupakan tumbuhan obat yang kaya akan b-karoten (Yulianis dan Marwati, 1997),
mempunyai sifat antibakteri (Darise dan Sulaeman, 1997), kaya akan mineral (Santoso dan
Sartini, 2001) dan vitamin terutama vitamin C. Hasil penelitian pada unggas menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak daun katuk mampu meningkatkan warna kuning pada kulit (Santoso et
al., 2001). Hal ini disebabkan daun katuk kaya akan b-karoten.
Pemberian EDK-metanol sebesar 1,8
g/kg menghasilkan tebal kerabang yang cenderung lebih rendah. Hal ini
mengakibatkan rendahnya berat kerabang telurnya. Daun katuk mengandung
senyawa yang menghambat penyerapan mineral pakan. Oleh sebab itu, diduga bahwa
senyawa tersebut banyak terlarut dalam metanol. Sebaliknya, pemberian
EDK-metanol sebesar 1,8 g/kg menghasilkan tebal kerabang yang cenderung lebih
tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu kerabang. Ayam petelur memproduksi
kerabang telur tebal sebab mereka mempunyai retensi kalsium lebih tinggi
(Hurwitz dan Bar, 1967). Clunies et al. (1992) melaporkan bahwa ayam
menghasilkan kerabang yang tebal dan keras disebabkan oleh efisiensi retensi
kalsium yang lebih tinggi.Kecenderungan peningkatan warna kuning telur oleh
ekstrak daun katuk disebabkan oleh b-karotin yang banyak terdapat dalam daun
katuk.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat-alat yang
digunakan pada praktikum biosintesis
telur antara lain: yolk colour, timbangan digital, meja kaca, mikrometer, cawan
petri, sendok gepeng, dan tisue. Sedangkan bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah
telur burung puyuh. Telur terdapat 3 jenis yaitu telur dari ransum kontrol
(R0), telur dari ransum dengan penambahan daun katuk (R1), dan telur dari
ransum dengan penambahan daun singkong (R2).
Metode
Telur ditimbang dengan timbangan digital dan dicatat
beratnya. Telur dipecahkan di atas meja kaca kemudian disamakan warna kuning
telur dengan skor yang ada pada yolk colour. Dicatat berada pada skor berapa
kuning telur tersebut. Setelah itu dipisahkan kuning telur dari putihnya dan
ditimbang. Kerabang telur dibersihkan dari sisa-sisa isi telur kemudian
ditimbang dengan timbangan digital dan dicatat beratnya. Selaput putih yang
menempel di bagian dalam telur dilepaskan kemudian diambil sedikit dari bagian
lancip, tengah, dan tumpul untuk kemudian diukur ketebalan kerabang menggunakan
mikrometer.
Indeks telur didapatkan dari pembagian antara panjang
dengan lebar telur. Persentase kerabang, kuning telur, dan putih telur
diperoleh dengan cara membagi berat yang sudah diperoleh dengan berat telur
kemudian dikali 100. Seluruh hasil dirata-rata menurut tanggal dan
perlakuan.Dicatat hasilnya pada hasil laporan kemudian dibahas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel
1. Hasil rataan data telur pada perlakuan ransum yang berbeda
Perlakuan
|
Hari Ke-
|
Shape
Indeks Telur
|
Berat
telur (g)
|
% Kerabang
|
% Putih
Telur
|
% Kuning
Telur
|
Skor
Kuning
|
Tebal kerabang
|
R0
|
9
|
1.30±0.05
|
10.33±0.83
|
10,00
|
54,52
|
35,49
|
3.33±0.58
|
0.21±0.04
|
10
|
1.31±0.05
|
9.56±0.91
|
8,60
|
62,24
|
29,17
|
4.00±0.76
|
0.20±0.03
|
|
11
|
1.27±0.06
|
10.02±0.61
|
9,40
|
58,83
|
31,78
|
3.60±0.55
|
0.18±0.03
|
|
12
|
1.31±0.03
|
9.48±0.56
|
9,73
|
59,94
|
30,33
|
4.00±0.82
|
0.19±0.01
|
|
14
|
1.29±0.06
|
11.25±1.71
|
12,45
|
54,10
|
33,45
|
3.75±0.96
|
0.22±0.03
|
|
15
|
1.46±0.48
|
10.33±1.15
|
9,09
|
55,96
|
34,95
|
3.33±0.58
|
0.28±0.08
|
|
16
|
1.29±0.03
|
9.93±0.95
|
11,33
|
56,21
|
32,45
|
3.83±0.75
|
0.19±0.02
|
|
RATA-RATA
|
1,32±0,06
|
10,13±0,60
|
10,08
|
57,40
|
32,52
|
3,69±0,28
|
0,21±0,03
|
|
R1
|
10
|
1.27±0.05
|
9.96±0.85
|
8,93
|
57,34
|
33,73
|
6.75±1.26
|
0.26±0.02
|
11
|
1.36±0.11
|
9.83±0.33
|
11,20
|
57,25
|
31,55
|
7.67±1.15
|
0.20±0.06
|
|
12
|
1.34±0.09
|
10.12±0.58
|
8,86
|
60,47
|
30,67
|
6.40±1.14
|
0.20±0.03
|
|
14
|
1.34±0.10
|
10.00±0.00
|
10,00
|
60,00
|
30,00
|
4.50±2.12
|
0.19±0.02
|
|
15
|
1.36±0.17
|
9.66±0.62
|
11,12
|
46,35
|
42,53
|
6.60±0.55
|
0.22±0.03
|
|
16
|
1.32±0.08
|
9.67±0.58
|
8,63
|
60,37
|
31,00
|
6.67±1.15
|
0.22±0.05
|
|
RATA-RATA
|
1,33±0,03
|
9,87±0,19
|
9,79
|
56,96
|
33,25
|
6,43±1,04
|
0,22±0,03
|
|
R2
|
5
|
1.38±0.04
|
10.43±1.33
|
9,99
|
58,16
|
31,84
|
6.33±0.58
|
0.27±0.08
|
9
|
1.31±0.01
|
9.85±0.21
|
11,78
|
58,63
|
29,60
|
6.50±0.71
|
0.19±0.00
|
|
10
|
1.29±0.06
|
10.27±0.73
|
8,61
|
61,48
|
29,91
|
5.00±1.73
|
0.26±0.03
|
|
11
|
1.28±0.06
|
10.63±1.32
|
9,32
|
61,57
|
29,11
|
5.25±0.50
|
0.22±0.02
|
|
12
|
1.32±0.09
|
10.25±1.20
|
8,60
|
59,62
|
31,79
|
4.86±0.90
|
0.18±0.04
|
|
14
|
1.31±0.04
|
10.25±0.72
|
10,45
|
60,19
|
29,37
|
4.33±0.58
|
0.19±0.01
|
|
15
|
1.27±0.16
|
10.17±1.17
|
9,54
|
59,75
|
30,71
|
5.33±1.86
|
0.23±0.05
|
|
16
|
1.29±0.07
|
9.85±0.97
|
9,18
|
59,36
|
31,46
|
5.00±1.41
|
0.24±0.05
|
|
RATA-RATA
|
1,31±0,03
|
10,21±0,26
|
9,68
|
59,84
|
30,47
|
5,33±0,74
|
0,22±0,03
|
Pembahasan
Secara keseluruhan
kualitas sebutir telur bergantung pada kuantitas isi telur dan kulit telur,
selain itu juga berat telur mempengaruhi pula kuantitasnya.Kualitas isi telur
(Interior) : untuk menentukan kualitas isi telur dapat dilihat dari bagian
dalam telur. Seperti rongga udara, kuning telur, putih telur, dan chalaza.
Kualitas luar telur (Exterior) : kualitas telur sebelah luar dapat dilihat dari beberapa parameter yang dapat menjadi dasar acuan, antara lain: 1. kebersihan kulit telur. 2. kondisi kulit telur. 3. warna kulit. 4. bentuk telur. 5. berat telur.
Kualitas luar telur (Exterior) : kualitas telur sebelah luar dapat dilihat dari beberapa parameter yang dapat menjadi dasar acuan, antara lain: 1. kebersihan kulit telur. 2. kondisi kulit telur. 3. warna kulit. 4. bentuk telur. 5. berat telur.
Dalam praktikum ini akan ditentukan kualitas telur
dari berat telur, berat kuning telur, putih telur, berat
kerabang, dan ketebalan kerabang telur.Pada telur dengan perlakuan ransum
kontrol (R0) didapatkan rata-rata
shape indeks telur, berat telur, % kerabang, % putih telur,% kuning telur, skor
kuning, dan tebal kerabang berturut-turut sebagai berikut: 1,32±0,06; 10,13±0,60; 10,08; 57,40; 32,52; 3,69±0,28; dan 3,69±0,28. Pada telur
dengan perlakuan ransum campuran dengan daun katuk (R1) didapatkan rata-rata shape indeks telur, berat telur, % kerabang,
% putih telur, % kuning telur, skor kuning, dan tebal kerabang berturut-turut
sebagai berikut: 1,33±0,03;
9,87±0,19; 9,79; 56,96; 33,25; 6,43±1,04; dan 0,22±0,03.Pada telur dengan perlakuan ransum
campuran dengan daun singkong (R2) didapatkan rata-rata shape indeks telur, berat telur, % kerabang,
% putih telur, % kuning telur, skor kuning, dan tebal kerabang berturut-turut
sebagai berikut: 1,31±0,03;
10,21±0,26; 9,68; 59,84; 30,47; 5,33±0,74; dan 0,22±0,03.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
rata-rata indeks telur dari ketiga perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini
nampaknya disebabkan oleh kandungan protein masing-masing ransum perlakuan
relatif berimbang dengan ransum kontrol, sehingga mengakibatkan nilai indeks
kuning telur yang dihasilkan relatif sama.
Rata-rata berat telur dan tebal kerabang pada
seluruh perlakuan juga tidak terlalu berbeda nyata. Sedangkan % kerabang, % putih telur, dan % kuning telur berubah.
Terjadinya perbedaan persentase kuning telur disebabkan oleh bertambahnya
persentase putih telur yang dihasilkan pada perlakuan R2 (ransum dengan daun
singkong). Menurut literatur komposisi kimia
terbanyak yang terdapat dalam putih telur adalah protein. Protein tersusun dari
rangkaian asam-asam amino, sedang asam amino yang diperlukan untuk pembentukan
putih telur adalah asam amino lisin.Hal ini dapat dilihat dari kandungan
asamamino lisin yang terkandung pada daun singkong adalah 1,71%.
Hasil yang sangat terlihat berbeda nyata adalah
pada skor kuning telur. Skor kuning telur yang paling tinggi adalah pada R1
(ransum dengan daun katuk). Hal tersebut dapat dijelaskan dari literatur bahwa kecenderungan
peningkatan warna kuning telur oleh ekstrak daun katuk disebabkan oleh
b-karotin yang banyak terdapat dalam daun katuk. Peningkatan skor kuning telur juga terdapat pada R2
(ransum dengan daun singkong). Terjadinyapeningkatanskorwarnakuningtelursebagaiakibatpemberiantepungdaunsingkongkedalamransum
yang mengandungpigmenkarotenoiddanxantofil.
KESIMPULAN
Dapat diambil kesimpulan bahwa telur perlakuan R1 (ransum dengan daun katuk) lebih berpengaruh daripada
telur R2 (ransum dengan daun singkong)terhadap pembentukan warna kuning telur
(yolk colour). Pemberian ransum yang berbeda terhadap kualitas telur tidak
terlalu berpengaruh pada rata-rata indeks telur,
berat telur dan tebal kerabang. Sedangkan %
kerabang, % putih telur, dan % kuning telur berubah pada setiap perlakuan pakan
yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Bornstein S and I Bartov,
1966.Studies on egg yolk pigmentation.Acomparison between visual scoring of
yolk colour and colourimetric assay of yolk carotenoids.Poultry Sci.
Clunies,
M., D. Parks and S. Leeson. 1992. Calcium and phosphorus metabolism and
eggshell thickness in laying hens producing thick or thin shells. Poultry
Sci. 71:490-498.
Darise,
M. and Sulaeman. 1997. Ekstraksi komponen kimia daun katuk asal Sulawesi
Selatan berbagai metode serta penelitian daya hambat terhadap bakteri uji.
Warta Tumbuhan Obat, 3 (3): 37-38.
Evitasari , W.d. dkk. 1982. Beternak Puyuh dan
Pemeliharaan secara Modern.Aneka Ilmu: Semarang.
Fletcher, D. L., 1979. Anevaluation
of the A.O.A.C. method of yolk colour analysis. Poultry Sci.
G. Sihombing,
Avivah, dan S. Prastowo. 2006.
PengaruhPenambahanZeolitDalamRansumTerhadapKualitasTelurBurungPuyuh. FakultasPertanianUniversitasNegeriSebelasMaret:
Surakarta.
Hurwitz,
S., and A. Bar. 1967. Calcium metabolism of hens secreting heavy or light egg shell.
Poultry Sci. 46: 1522-1527.
Made Astawan. 2010. ManfaatTelurPuyuh. (terhubungberkala)http://sentrapuyuh.webnode.com/manfaat-telur-puyuh/. (5 Juni 2011).
Muchtadi,
Deddy. 1990. Mana yang
Baik Telur Mentah, Setengah Matang atau Rebus?. Harian PELITA.
Santoso,
U and Sartini. 2001. Reduction of fat accumulation in broiler chickens by Sauropus
androgynus (Katuk) leaf meal supplementation. Asian-Aust. J. Anim. Sci.
14: 346-350.
Santoso,
U. 2001. Effect of Sauropus androgynus Extract on Organ Weight,
Toxicity and Number of Salmonella sp and Escherichia coli of
Broilers Meat. B I P P, 7 (2): 162-169.
Sudaryani, T., 1999.KualitasTelur.
PenerbitPenebarSwadaya. Jakarta.
Yulianis,
S dan T. Marwati. 1997. Tinjauan katuk sebagai bahan makanan tambahan yang
bergizi. Warta Tumbuhan Obat 3 (3): 55-56.