Minggu, 06 Mei 2012

Laporan Praktikum IPN 6 Tanin (Ivan Noveanto)

Laporan Praktikum Ke: 6 (Enam)                  Hari/Tanggal: Senin/ 18 April 2011
Integrasi Proses Nutrisi                                  Tempat Praktikum:Lab. Fisiologi (BFM)
                                                                       Nama Asisten: Yasir Gunawan


TANIN

Ivan Noveanto
D24090041


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan ini, terdapat berbagai macam zat antinutrisi atau senyawa toksik yang terdapat pada berbagai biji cereal, biji legume dan tanaman lainnya. Sebagian besar zat kimia ini mengandung unsur normal dengan komposisi kimia bervariasi (seperti protein,asam lemak, glycoside, alkaloid) yang bisa didistribusikan seluruhnya atau sebagian ke tanaman. Adanya senyawa anti nutrisi dalam bahan makanan dapat menjadi pembatas dalam penggunaannya dalam ransum, karena senyawa antinutrisi ini akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tergantung dosis yang masuk kedalam tubuh. Penggunaan bahan makanan yang mengandung antinutrisi harus diolah dulu untuk menurunkan atau menginaktifkan senyawa ini, tetapi perlu dipertimbangkan nilai ekonomis dari pengolahan ini.
Salah satu contoh antinutrisi adalah tanin. Senyawa ini banyak terdapat pada tanaman yang mengandung protein tinggi karena diperlukan sebagai sarana proteksi dari serangan mikroba, ternak atau insekta. Proteksi dari serangan ternak dapat dilakukan dengan menimbulkan rasa sepat, serangan dari bakteri dan insekta diproteksi dengan menonaktifkan enzim-enzim protoase dari bakteri dan insekta yang bersangkutan. Peranan lain dari tanin pada tanaman adalah untuk melindungi biji dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, serta melindungi dari jamur dan cuaca.
Tanin dalam tanaman merupakan sebagai pelindung dari tanaman tersebut, hal ini merupakan ancaman dalam batasan penggunaan ransum bagi ternak. Jika mengkonsumsi hijauan pakan yang mengandung tanin, artinya senyawa ini dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tergantung dosis yang masuk. Untuk itulah kandungan tanin dalam suatu jenis tanaman perlu diketahui agar setiap dosis yang masuk ke dalam tubuh dapat diperkirakan dampaknya.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan tanin di dalam hijauan pakan ternak dan mengetahui senyawa yang mampu berikatan dengan tanin.


TINJAUAN PUSTAKA
Tanin
Tanin dinamakan juga asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Asam tanat mempunyai berat molekul 1.701. Tanin terdiri dari sembilan molekul asam galat dan molekul glukosa (Harborne, 1987). Tanin merupakan substrat kompleks yang berada pada beberapa tanaman. Tanin memiliki campuran polifenol yang sulit untuk dipisahkan karena substrat ini sulit untuk mengkristal, mudah teroksidasi dab berpolimerisasi dalam larutan dan kelarutannya dalam pelarut sangat rendah. oleh karena itu untuk memisahkan atau mengisolasikan senyawa tanin sangat sulit. Tanin juga dapat menyamak kulit dengan cara mengikat protein menjadi tahan terhadap enzim proteoilitik.
Efektifitas pembentukan ikatan protein dan tanin sangat dipengaruhi oleh ukuran molekul tanin (Josyln dan Goldstein, 1964). Swain (1965), menyatakan bahwa tanin dapat mengikat atau mengendapkan protein melalui ikatan  hidrogen, ikatan ionik dan ikatan kovalen. Ikatan hidrogen terjadi antara gugus hidroksi fenol pada tanin dengan gugus amida dan asam amino bebas atau antara gugus hidroksi dengan karboksi polimer lain. Ikatan hidrogen bersifat reversibel, ikatan ini terjadi antara gugus karboksil dari ikatan peptida dengan gugus hidroksi dari tanin. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang dominan dalam komplek protein-tanin (Hangerman, 1989). Ikatan ionik terjadi melalui pertukaran gugus anion tanin kation protein. Ikatan kovalen terbentuk dari interaksi gugus kuinon atau semi kuinon yang terdapat pada tanin dengan beberapa gugus reaktif pada protein atau polimer lain (Swain, 1965). Penurunan afinitas tanin terhadap protein untuk membentuk komplek dikarenakan adanya efek elektrostatik dari protein (Fishman, 1980).
Tanin terbagi menjadi 2 kelas secara kimia yaitu berdasarkan adanya gugus fenolik yang tercakup pada masing-masing kelas. Kelas pertama terdiri asam gallic yang berhubungan dengan ikatan polyhidrik yang merupakan esterifikasi dari glukosa. Sedangkan kelas kedua menujukkan yang merupakan nonhydroable yang juga mengandung gugus fenol tetapi jarang yang berikatan dengan karbohidrat dan protein. Atau lebih dikenal dengan kelas yang terkondensasi dan kelas yang terhidrolisis. Kedua kelas ini tersebar luas pada alam.
Hagerman, (1989) menyatakan bahwa kemampuan tanin untuk membentuk kompleks dengan protein lebih besar dibandingkan karbohidrat maupun polimer lainnya. Menurut (Cheeke dan shull, 1985) menyatakan bahwa tanin secara biologik memilki sifat mengendapkan protein, artinya dapat mengendapkan protein karena tanin memilki jumlah grup-grup fungsional yang dapat membentuk kompleks kuat dengan molekul-molekul protein, hal ini dapat menyebabkan pengaruh yang negatif bagi ternak. Interaksi tanin itu sendiri dipengaruhi oleh karakteristik protein seperti komposisi asam amino dan titik isoleotik serta karakteristik tanin seperti bobot molekul, temperatur, komposisi-komposisi pelarut dan waktu.

Kuinon
Terjadinya reaksi pencoklatan menurut Sovia (2006) diperkirakan melibatkan perubahan senyawa dalam jaringan dari bentuk kuinol menjadi kuinon melalui oksidasi. Asam kuinon adalah merupakan racun jaringan yang dapat mematikan jaringan eksplan sehingga mengakibatkan tujuan suatu kultur tidak tercapai. Bahan yang mengandung kuinon akan terlihat berwarna merah setelah direaksikan.

Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Tanaman kembang sepatu tumbuh sekitar 2 sampai 5 meter. Kembang sepatu ini memiliki lima helai daun kelopak. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari.  Tanaman ini akan tumbuh baik pada kondisi tanah yang lembab dengan pemupukan sebulan sekali (Kimbrough, 1978 ).
Daun, bunga, dan akar Hibiscus-rosa sinensis mengandung flavonoida. Di samping itu daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, bunga mengandung polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin C. Kembang sepatu selain sebagai sumber hijauan ruminansia juga dapat digunakan sebagai agensi defaunasi. Didalam kembang sepatu mengandung saponin yang mampu meredam protozoa. Kemampuan kembang sepatu meredam protozoa lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa. Kembang sepatu dapat mengurangi jumlah protozoa rumen sampai 54% (Jalaludin, 1994).

Gamal ( Gliricidia sepium )
Gamal sangat tahan terhadap musim kemarau panjang sehingga tetap mampu menghasilkan daun. Gamal sangat tahan terhadap musim kemarau panjang sehingga tetap mampu mengahasilkan daun. Gamal gamal dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, termasuk tanah kurang subur pada ketinggian 1300 m diatas permukaan laut, serta mudah dibudidayakan yakni melalui stek (Hangerman, 1989).
Kecernaan protein ransum gamal tinggi sekitar 69,28%, hal ini disebabkan sifat protein gamal mudah larut sehingga mudah didegradasi dalam rumen. Pemakaian daun gamal dalam ransum dibatasi dengan zat anti nutrisi yang disebut kaumarin, suatu zat yang menyebabkan bau khas. Zat anti nutrisi ini mengganggu pemanfaatan amonia oleh mikroba dalam rumen (Soebarinoto, 1986).
Tepung daun gamal mempunyai kandungan zat-zat gizi yang tinggi yaitu protein kasar 25 %, serat kasar 14 %, lemak kasar 4,3 % dan kaya akan asam asam amino. Tapi pemakaiannya terbatas yaitu sekitar 2,5 % dari total pakan, hal ini dikarenakan tepung daun gamal mengandung zat anti nutrisi yang berupa HCN dan tanin (Saptono, 1995).

Daun Lamtoro ( Leucana leucocephala )
Daun-daun dan ranting muda lamtoro merupakan pakan ternak dan sumber protein yang baik, khususnya bagi ruminansia. Daun-daun ini memiliki tingkat ketercernaan 60 hingga 70% pada ruminansia, tertinggi di antara jenis-jenis polong-polongan dan hijauan pakan ternak tropis lainnya. Ternak sapi dan kambing menghasilkan pertambahan bobot yang baik dengan komposisi hijauan pakan berupa campuran rumput dan 20-30% lamtoro. Meskipun semua ternak menyukai lamtoro, akan tetapi kandungan yang tinggi dari mimosin dapat menyebabkan kerontokan rambut pada ternak non-ruminansia. Mimosin, sejenis asam amino, terkandung pada daun-daun dan biji lamtoro hingga sebesar 4% berat kering. Pemanasan dan pemberian garam besi-belerang pun dapat mengurangi toksisitas mimosin.
Kandungan nutrisi daun lamtoro cukup tinggi yaitu 24,77% protein, 1,7% abu, 3,86% lemak, 14,26% SK, 39,53%BETN, 1,57 Ca dan 0,285%P. Namun di beberapa tempat lamtoro juga mengandung toksin dan pemberian dalam jumlah banyak akan mengakibatkan keracunan, tetapi dengan pengolahan yang baik pemberian lamtoro mampu meningkatkan produksi ternak (Jayadi, 1991).

Kaliandra (Calliandra)
Kaliandra adalah tanaman leguminosa yang digolongkan kedalam subfamily Mimmosoidae yang berasal dari Amerika Tengah dan masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1936. Kaliandara sebagai tanaman leguminosa mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi yaitu sebesar 22% berdasarkan bahan kering. Namun kadar tanin cukup tinggi yaitu sekitar 10% menyebabkan kecernaannya menjadi rendah yaitu sekitar 35-42% (Tangendjaja et al., 1992).

Daun Jambu Biji
Menurut teori warna, struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan warna coklat. Sementara itu, zat warna tanin yang terkandung dalam daun jambu biji, dapat dianalogkan sebagai zat warna naftol (pewarna sintetis).
Hasil analisis daun tua tanaman jambu biji biasa adalah sebagai berikut: kadar air 10,79%, dan kadar tanin 11,50%. Sedangkan hasil analisis daun tua tanaman jambu biji bangkok adalah sebagai berikut: kadar air 10,95%, dan kadar tanin 13,85%. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi optimum dari daun tua tanaman jambu biji biasa dengan berat bahan 50 gram, waktu ekstraksi 120 menit, volume pelarut 700 ml, didapat kadar tanin 17,50% dengan kadar air 21,67%. Sedangkan daun tua tanaman jambu biji bangkok dengan berat bahan 50 gram, waktu ekstraksi 150 menit, volume pelarut 800 ml, didapat kadar tanin 18,22% dengan kadar air 26,27%. Kemudian tanin dari daun tua tanaman jambu biji biasa 37,59% dan dari daun tua tanaman jambu biji bangkok 39,15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar tanin dalam daun tua tanaman jambu biji bangkok lebih banyak daripada kadar tanin dalam daun tua tanaman jambu biji biasa (Hastutiningrum dkk, 2003).

Kadar Tanin pada Teh Hitam dan Teh Hijau
Polifenol teh atau yang disebut dengan tanin merupakan zat yang unik karena berbeda dengan tanin yang berada dalam tanaman lain. Tanin dalam teh tidak bersifat menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan. Tanin dalam teh termasuk tanin terkondensasi yang secara biosintetis terbentuk dari kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer kemudian oligomer yang lebih tinggi. Pada daun teh segar terdapat sekitar 30 % senyawa tanin, yang sebagian besar dari golongan katekin dan daun teh juga dilengkapi enzim polifenol oksidase yang siap bekerja merubah tanin menjadi senyawa turunan tanin yaitu, tehaflavin dan teharubigin. Pada proses ini daun teh berubah menjadi coklat muda lalu coklat tua (Bokuchava, 1969).
Teh mengandung tanin yang bersifat sebagai antibakteri dan astringen atau menciutkan dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri. Senyawa kimia dalam daun teh secara umum dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu ; 1). Substansi fenol yang terdiri dari flavnol dan flavonol ; 2). Subsatansi bukan fenol diantaranya karbohidrat, pektin, alkoloid, protein, lemak, asam amino, klorofil, asam organik, vitamin dan mineral; 3). Substansi aromatik dan 4). Enzim (Bokuchava, 1969).
Kadar flavonoid dalam daun teh ditetapkan dengan spektrofotometri ultraviolet-visibel, sedangkan kadar tanin ditetapkan dengan menggunakan metode permanganometri. Kadar flavonoid daun teh hijau (0,0555 mg%) lebih besar dibandingkan kadar flavonoid teh hitam (0,0485 mg%), sedangkan kadar tanin pada teh hijau (1,440%) lebih besar dibandingkan dengan teh hitam (0,99%) (Diniatik dkk., 2007).

Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Banyak agensia yang dapat menyebabkan perubahan sifat alamiah protein, misalnya panas, asam, basa, solven organic, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya penjedalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan. Hal tersebut juga bisa diakibatkan oleh adanya tanin yang dapat mengikat protein sehingga kecernaannya berkurang. Protein mengandung asam amino sistein, sistin dan metionin maka disamping mengandung unsur utama C,H,O,N juga mengandung unsure S (sulfur) (Gaman, 1992). Bahan yang dijadikan sumber protein adalah:
Albumin (Putih Telur)
Albumin atau lazimnya disebut putih telur merupakan protein globular yang tidak rapat atau tersusun dalam aturan tertentu. Molekul air mudah menerobos ke ruang-ruang kosong dalam molekul protein. Protein globular dapat terdispersi dengan baik dalam air atau larutan garam, membentuk koloid, serta terpengaruh oleh asam, alkali dan panas (Gaman dan Sherrington, 1992). Albumin atau putih telur tersusun atas empat lapis yaitu bagian tipis luar, bagian kokoh, bagian tipis dalam dan lapisan khalsiferus (Nakamura dan Doi, 2000).
Komposisi putih telur tersusun atas protein sebagai komponen utama. Kandungan lemak yang ada dalam putih telur dapat diabaikan, karena jumlahnya yang sangat sedikit. Kandungan karbohidrat dalam putih telur berupa karbohidrat bebas dan karbohidrat yang terikat dengan protein, sekitar 98% karbohidrat bebas dalam putih telur adalah glukosa (Bennion dan Bamford, 1979). Albumin telur sebagai sumber protein yang murah yang dapat digunakan sebagai pengikat senyawa tanin yang dapat menyebabkan pencoklatan pada ekstrak (Rayner, 2002).
Susu Murni
Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Protein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptide linkages). Beberapa protein spesifik menyusun protein susu. Kasein merupakan komponen protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein, betha-casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang berlimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa.Whey protein merupakan protein butiran (globular). Betha-lactoglobulin, alpha-lactalbumin, Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA) adalah contoh dari whey protein. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting dalam sintesis laktosa dan keberadaannya juga merupakan pokok dalam sintesis susu (Johanes, 2009).

Karbohidrat
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida). Beberapa molekul karbohidrat antara lain:
CMC (Carboxymethylcellulose)
CMC berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan, higroskopik dan halus. Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari molekul-molekul surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai 100 molekul asam lemak dari sabun Sifat-sifat koloid dari larutan elektrolit sodium dedosil sulfat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai CMC, untuk deret homolog surfaktan rantai hidrokarbon, nilai CMC bertambah 2x dengan berkurangnya satu atom C dalam rantai. Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar nilai CMC dan juga memperbesar kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai CMC surfaktan ion. Penurunan CMC hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar konsentrasinya makin turun CMC-nya.Secara umum misel dibedakan menjadi dua, yaitu: struktur lamelar dan sterik.
Karena pada CMC terjadi penggumpalan dari molekul surfaktan, maka cara penentuan CMC dapat menggunakan cara-cara penentuan besaran fisik yang menunjukkan perubahan dari keadaan ideal menjadi tak ideal. Di bawah CMC larutan menjadi bersifat ideal. Sedangkan diatasnya CMC larutan bersifat tak ideal. Besaran fisik yang dapat digunakan ialah tekanan osmosa, titik beku larutan, hantaran jenis atau hantaran ekivalen, kelarutan solubilisasi, indeks bias, hamburan cahaya, tegangan permukaan, dan tegangan antarmuka (Martin, 1993).
Pati
Pati merupakan polisakarida, polisakarida terdiri dari pati dan selulosa bedanya pati dengan selulosa, pati merupakan polimer dari alfa-D-glukosa, sedangkan selulosa unit 2-beta-glukosa. Hal ini menujukan bahwa pati lebih mudah dicerna dibandingkan dengan selulosa (McDonald, 1995). Pati merupakan homopolimer glukosa yang tersusun oleh paling sedikit tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin, dan bahan antara seperti lipid dan protein. Umumnya pati mengandung 15-30 % amilosa, 70-85 % amilopektin, dan 5-10 % bahan antara. Pati juga merupakan salah satu jenis polisakarida terpenting dan tersebar luas di alam. Pati disimpan sebagai cadangan ranmakanan bagi tumbuh-tumbuhan, antara lain dalam biji buah (padi, jagung, gandum), di dalam umbi (ubi kayu, ubi jalar, talas, ganyong, kentang) dan pada batang (aren dan sagu) (Fennema, 1976).
Fruktosa
Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosda merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Fruktosa alami terdapat sekitar 5% -10% dari berat semua jenis buah. Penggunaannya dalam makanan olahan berasal dari sebuah penemuan pada 1971 yang disintesis dari 55%  fruktosa dan 45% glukosa dari jagung, membuat bahan lebih murah dan enam kali lebih manis daripada gula tebu (McDonald, 1995).
Glukosa
Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Proses respirasi memerlukan glukosa, sedangkan fotosintesis menghasilkan glukosa. Glukosa berwujud padatan berwarna putih dan meleleh pada suhu 146oC. Struktur glukosa umumnya berbentuk kursi siklik dan hanya 0,02% berbentuk rantai lurus. Hal ini dikarenakan karbohidrat memiliki gugus fungsi alkohol dan aldehida atau keton sehingga struktur rantai lurus mudah berkonversi menjadi bentuk kursi siklik atau struktur cincin hemiasetal (Ophardt, 2003).
Struktur cincin hemiasetal dapat terbentuk melalui dua cara yang berbeda, yaitu yang menghasilkan glukosa-α (alfa) dan –β (beta). Secara struktural, glukosa-α (alfa) dan –β (beta) berbeda pada gugus hidroksil yang terikat pada karbon pertama. Bentuk α gugus hidroksilnya berada di bawah hidrogennya, sedangkan bentuk β gugus hidroksilnya berada di atas hidrogennya.
Glukosa memiliki gugus hidroksil sehingga dapat mengalami reaksi esterifikasi, yaitu asetilasi glukosa dengan menggunakan anhidrida asetat. Reaksi tersebut dapat dipercepat dengan kehadiran suatu katalis asam Lewis, misalnya ZnCl2. Proses asetilasi bertujuan mensubstitusi gugus hidroksil dari glukosa dengan gugus asetil dari anhidrida asetat sehingga terbentuk glukosa pentaasetat (GPA). Reaksi asetilasi adalah reaksi eksoterm sehingga suhu harus dijaga tetap rendah supaya tidak terjadi karamelisasi glukosa. GPA yang dihasilkan merupakan estar glukosa berupa padatan berwarna putih, titik leleh 112-113oC, tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam etanol dan kloroform (Sari, 2006).
Sukrosa
Sukrosa merupakan pemanis yang banyak dikonsumsi dalam kehidupan manusia. Salah satu sumber sukrosa terpenting adalah tebu karena mengandung sukrosa hingga 20%. Sukrosa dikenal sebagai gula meja (table sugar), merupakan disakarida yang terbentuk dari satu molekul α-D-glukosa dan satu molekul β-D-Fruktosa yang dihubungkan ole ikatan α-1, 2-glikosidik (Rahman et al., 2004). Sukrosa memiliki sifat mudah larut dalam air dan kelarutannya akan meningkat dengan adanya pemanasan. Titik leleh sukrosa adalah pada suhu 1600C dengan membentuk cairan yang jernih, namun pada pemanasan selanjutnya akan berwarna coklat atau dikenal dengan proses browning (Buckle, 1987).
Degradasi sukrosa dapat terjadi melalui hidrolisis asam atau secara enzimatis oleh invertase. Degradasi secara enzimatis terjadi ketika ikatan α-1, 2-glikosidik dihidrolisis oleh enzim invertase (D-Fructofuranosidase,E C 3.2.1.26) atau sukrose Synthase (UDP glucose : D-Fructose 2-D-Glucosy Hrasferase, E C 2.4.1.13). Hidrolisis sukrosa menghasilkancampuran glukara dan fruk yang disebut dengan gula inver (invert sugar) (Rahman et al., 2004).

Mineral
Mineral dapat didefinisikan sebagai suatu ikatan kimia padat yang terbentuk secara alamiah dan termasuk di dalamnya materi geologi padat yang menjadi penyusun terkecil dari batuan. Tanin dapat menghambat penyerapan mineral zat besi dan mengganggu kerja enzim akibat terbentuknya ikatan kompleks protein-tanin. Leguminosa dan butir-butiran umumnya mengandung kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) lebih banyak dibanding tanaman lain. Banyak perubahan komposisi mineral terjadi dalam masa pertumbuhan tanaman. Perbedaan lingkungan juga sangat mempengaruhi kandungan mineral tanaman seperti jenis dan kondisi tanah, pengaruh pemupukan, komposit tanaman yang di tanam, serta cuaca dan iklim. Kebutuhan mineral pada ternak sangat bervariasi tergantung pada umur ternak, ukuran ternak, jenis kelamin, tipe produksi dan fase produksinya (McDowell, 1992).

Darah
Sekitar satu miliar dari 100 miliar sel darah baru terbentuk setiap hari dalam tulang. Bahan baku untuk produksi sel-sel ini adalah besi, protein, asam folat dan vitamin B12. Kurangnya bahan baku tersebut menyebabkan gejala anemia. Dari jumlah tersebut, besi dan protein sangat penting untuk akumulasi hemoglobin. Sebuah sel darah merah memiliki harapan hidup sekitar 120 hari dan kemudian dihancurkan dan diganti. Setiap orang harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah, dan sekitar lima juta sel darah merah per milimeter darah.
Menurut Frandson, (1992) darah terdiri dari tiga komponen utama yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan plasma darah. Secara umum darah berfungsi sebagai pembawa nutrien, oksigen dan karbondioksida, sebagai penghatar (meratakan) panas tubuh, sebagai membentuk antibodi dan mendistribusikan hormon yang diperlukan oleh bagian tubuh. Jumlah volume darah berkisar 8% dari total bobot tubuh dan 55% berupa plasma darah.  Sel darah baik eritrosit, lekosit dan plasma darah secara umum dibentuk di sumsum tulang belakang dengan lama masa aktif yang berbeda-beda.


MATERI DAN METODE
Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, mortar, corong, kapas, gelas piala, kompor, pipet tetes, spoit 1 ml dan 10 ml, dan sudip. sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu berupa sampel daun (kaliandra, kembang sepatu, gamal, lamtoro, jambu biji, teh hitam dan teh putih sebagai pembanding), larutan FeCl3, larutan NaOH, protein (susu sapi murni, telur ayam), karbohidrat (larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, pati 1%, CMC 1%), dan mineral (larutan CuSO4 1% dan larutan KCl 1%).

Metode
Hal pertama yang dilakukan adalah persiapan sampel semua daun dengan cara digerus dalam mortar kemudian ditimbang kira-kira 2 gram untuk masing-masing daun, ditambahkan 100 ml air panas, selanjutnya disaring dengan menggunakan corong dan kapas. Filtrat dari masing-masing daun diambil sebanyak 5 ml untuk masing-masing percobaan.
Uji Tanin
Sebanyak 5 ml filtrat daun masing-masing dimasukan ke dalam tabung reaksi. kemudian, ditambah 1 ml larutan FeCl3. Diamati apabila warna berubah menjadi hitam kehijauan hal ini menunjukkan adanya tanin. Diurutkan masing-masing sampel berdasarkan kepekatan warna larutan.
Uji Kuinon
Sebanyak 5 ml filtrat daun masing-masing dimasukan ke dalam tabung reaksi. kemudian ditetesi dengan larutan NaOH 1 N. Diamati apabila warna berubah menjadi merah hal ini menunjukkan adanya kuinon. Diurutkan masing-masing sampel berdasarkan kepekatan warna larutan.
Uji pengikatan senyawa protein telur, susu, dan darah
Sebanyak 5 ml filtrat daun masing-masing dimasukan ke dalam tabung reaksi, ditambah dengan 1 ml susu sapi murni. Perlakuan yang sama dilakukan pula pada penambahan protein yang berbeda yaitu dengan telur dan darah (sebagai pengganti perlakuan selain susu), kemudian diamati endapan yang terjadi. Diurutkan masing-masing sampel berdasarkan banyaknya endapan atau gumpalan dalam larutan.
Uji pengikatan senyawa Karbohidrat (larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, pati 1%, CMC 1%)
Sebanyak 5 ml filtrat daun masing-masing dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 1 ml larutan glukosa 1%. Dengan cara yang sama setiap masing-masing daun ditambahkan pula larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, pati 1%, CMC 1%. Diurutkan masing-masing sampel berdasarkan banyaknya endapan atau gumpalan dalam larutan. Kemudian dibandingkan dengan percobaan pada pengikatan dengan protein.
Uji pengikatan senyawa Mineral (larutan CuSO4 1% dan larutan KCl 1%)
Sebanyak 5 ml filtrat daun masing-masing dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan CuSO4 1% sebanyak 2 tetes. Hal yang sama  dilakukan dengan penambahan larutan KCl 1% sebanyak 2 tetes. Diurutkan masing-masing sampel berdasarkan banyaknya endapan atau gumpalan dalam larutan. Kemudian dibandingkan dengan percobaan pada pengikatan dengan protein dan pengikatan pada karbohidrat.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil Uji Tanin
Filtrat Daun
Hasil Pengujian
Warna
Kepekatan
Kaliandra
Hitam
++++
Teh Hitam
Hitam
+++
Teh Hijau
Hitam
++
Jambu Biji
Hitam
+
Lamtoro
Hijau
+++
Kembang Sepatu
Hijau
++
Gamal
Hijau
+

Tabel 2. Hasil Uji Kuinon
Filtrat Daun
Hasil Pengujian
Warna
Kepekatan
Teh Hitam
Merah
++++
Teh Hijau
Merah
+++
Jambu Biji
Merah
++
Kembang Sepatu
Hijau
++++
Lamtoro
Hijau
+++
Kaliandra
Hijau
++
Gamal
Hijau
+

Keterangan:   ++++   : Sangat Pekat
+++     : Pekat
++        : Cukup Pekat
+          : Sedikit Pekat



Tabel 3. Hasil Uji pengikatan senyawa protein telur, susu, dan darah
Filtrat Daun
Tingkat Kegumpalan Jenis Protein
Telur
Susu
Darah
Jambu Biji
+++++++
+
+++
Teh Hitam
++++++
+++
+++++++
Lamtoro
+++++
++
++++
Teh Hijau
++++
++++
++++++
Kembang Sepatu
+++
+++++
+
Gamal
++
+++++++
+++++
Kaliandra
+
++++++
++


Tabel 4. Hasil Uji pengikatan senyawa Karbohidrat (larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, pati 1%, CMC 1%)
Filtrat Daun
Tingkat Kekeruhan Jenis Karbohidrat
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
Pati
CMC
Kembang Sepatu
+++++++
+
+++++++
++++++
++++
Kaliandra
++++++
+++++++
++++++
+++
++++++
Jambu Biji
+++++
+++++
++++
++++
+++++++
Gamal
++++
++++++
+++
+++++
+++++
Lamtoro
+++
++
+++++
++
+
Teh Hijau
++
++++
++
+
+++
Teh Hitam
+
+++
+
+++++++
++


Tabel 5. Hasil Uji pengikatan senyawa Mineral (larutan CuSO4 1% dan larutan KCl 1%)
Filtrat Daun
Tingkat Kekeruhan Jenis Mineral
CuSO4
KCl
Teh Hitam
+++++++
++++
Teh Hijau
++++++
+++
Kembang Sepatu
+++++
+++++++
Kaliandra
++++
+++++
Gamal
+++
++++++
Jambu Biji
++
++
Lamtoro
+
+

Keterangan:   +++++++        : Sangat terlihat jelas
++++++           : Terlihat jelas
+++++             : Cukup terlihat jelas
++++               : Agak terlihat jelas
+++                 : Sedikit terlihat jelas
++                    : Kurang terlihat jelas
+                      : Tidak jelas

Pembahasan
Tanin merupakan substrat kompleks yang berada pada beberapa tanaman. Tanin memiliki campuran polifenol yang sulit untuk dipisahkan karena substrat ini sulit untuk mengkristal, mudah teroksidasi dan berpolimerisasi dalam larutan yang mempunyai kelarutan sangat rendah dalam pelarut. Pada konsentrasi rendah, tanin dapat melindungi protein terhadap degradasi oleh mikroba, sedangkan dalam jumlah besar dapat mengikat protein dan karbohidrat sehingga mengakibatkan penurunan kecernaan terhadap ternak.
Senyawa lain yang dilakukan dalam percobaan adalah mengenai keberadaan kuinon. Terjadinya reaksi pencoklatan diperkirakan melibatkan perubahan senyawa dalam jaringan dari bentuk kuinol menjadi kuinon melalui oksidasi. Asam kuinon adalah merupakan racun jaringan yang dapat mematikan jaringan eksplan sehingga mengakibatkan tujuan suatu kultur tidak tercapai. Bahan yang mengandung kuinon akan terlihat berwarna merah setelah direaksikan.
Dalam percobaan ini dilakukan beberapa pengujian seperti uji tanin, uji kuinon, uji pengikatan atau pengendapan antara tanin dengan protein, karbohidrat, dan mineral. Cara mengetahui ada tidaknya hasil pengujian tersebut dapat dilihat dari perubahan warna dan ada tidaknya endapan atau penggumpalan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari perbandingan dengan kontrol. Kontrol beberapa filtrat daun menunjukkan daun teh hijau dan teh hitam berwarna cokelat, daun kaliandra berwarna cokelat, gamal berwarna hijau keruh, daun jambu biji berwarna hijau, dan daun kembang sepatu berwarna bening. Setelah direaksikan maka terjadi perubahan. Hal tersebut menunjukkan adanya senyawa atau zat yang terkandung dalam daun tersebut.
Percobaan pertama adalah uji tanin pada hijauan pakan ternak dan perbandingannya dengan teh hitam dan teh hijau. Uji tanin dapat dilakukan dengan penambahan FeCl3 pada filtrat daun yang akan diuji. Setekah dilakukan percobaan, didapatkan hasil mengenai keberadaan tanin dengan ditandai oleh adanya warna hitam kehijauan. Urutan kepekatannya adalah sebagai berikut: kaliandra, teh hitam, teh hijau, jambu biji, lamtoro, kembang sepatu, dan gamal. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel filtrat daun yang memiliki kandungan tanin yang paling tinggi adalah daun kaliandra. Hal tersebut dikarenakan perubahan warna pada daun kaliandra menunjukkan warna yang paling hitam kehijuan. Pada daun kembang sepatu dan daun gamal sedikit mengandung tanin karena warnanya setelah penambahan larutan tidak terlalu berbeda dengan warna kontrol. Berdasarkan literatur, hal ini dapat dibenarkan karena kandungan tanin dalam daun kaliandra merupakan salah satu yang tertinggi. Sedangkan tanin dalam teh tidak bersifat menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan. Tanin dalam teh termasuk tanin terkondensasi yang secara biosintetis terbentuk dari kondensasi katekin tunggal. Begitu pula tanin pada kembang sepatu paling banyak berada di akar.
Percobaan kedua mengenai uji kuinon pada hijauan pakan ternak dan perbandingannya dengan teh hitam dan teh hijau. Uji kuinon dapat dilakukan dengan menggunakan NaOH pada filtrat daun yang akan diuji. Setekah dilakukan percobaan, didapatkan hasil mengenai keberadaan kuinon dengan ditandai oleh adanya warna merah. Urutan kepekatannya adalah sebagai berikut: teh hitam, teh hijau, jambu biji, kembang sepatu, lamtoro, kaliandra, dan gamal. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel filtrat daun yang memiliki kandungan kuinon tertinggi adalah daun teh hitam, sedangkan pada daun kaliandra yang memiliki tanin tertinggi diduga tidak terlalu banyak mengandung kuinon. Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna yang tidak terlalu berbeda dengan warna kontrol. Kandungan kuinon dari teh hitam lebih besar jika dibandingkan dengan teh hijau. Hal tersebut dikarenakan teh hitam mengalami pengolahan terlebih dahulu seperti fermentasi yang melibatkan perubahan senyawa dalam jaringan dari bentuk kuinol menjadi kuinon melalui oksidasi yang akhirnya meningkatkan kadar kuinon dalam teh hitam.
Percobaan ketiga mengenai uji pengikatan senyawa protein telur, susu, dan darah. Uji pengikatan senyawa protein dilakukan dengan penambahan telur dan susu, serta dengan penambahan darah pada filtrat daun. Pada uji pengikatan dengan protein telur, yang digunakan adalah bagian putih telur. Hasil pengujian dengan penambahan putih telur menunjukkan urutan kegumpalan sebagai berikut: jambu biji, teh hitam, lamtoro, teh hijau, kembang sepatu, gamal, dan kaliandra. Hasil pengujian dengan penambahan susu menunjukkan urutan endapan sebagai berikut: gamal, kaliandra, kembang sepatu, teh hijau, teh hitam, lamtoro, dan jambu biji. Sedangkan hasil pengujian dengan penambahan darah menunjukkan urutan endapan atau gumpalan sebagai berikut: teh hitam, teh hijau, gamal, lamtoro, jambu biji, kaliandra, dan kembang sepatu. Dari hasil tersebut didapatkan urutan yang variatif. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menentukan urutan endapan atau kegumpalan. Dalam literatur disebutkan bahwa filtrat yang memiliki tanin tinggi dapat mengikat protein tinggi pula.
Percobaan keempat mengenai uji pengikatan senyawa karbohidrat. Dalam pengujian ini digunakan beberapa jenis karbohidrat, yaitu: larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, pati 1%, dan CMC 1%. Urutan pengikatan dengan larutan glukosa 1% adalah: kembang sepatu, kaliandra, jambu biji, gamal, lamtoro, teh hijau, dan teh hitam. Urutan pengikatan dengan larutan fruktosa 1% adalah: kaliandra, gamal, jambu biji, teh hijau, teh hitam, lamtoro, kembang sepatu. Urutan pengikatan dengan larutan sukrosa 1% adalah: kembang sepatu, kaliandra, lamtoro, jambu biji, gamal, teh hijau, dan teh hitam. Urutan pengikatan dengan pati 1% adalah: teh hitam, kembang sepatu, gamal, jambu biji, kaliandra, lamtoro, teh hijau. Urutan pengikatan dengan CMC 1% adalah: jambu biji, kaliandra, gamal, kembang sepatu, teh hijau, teh hitam, lamtoro. Dari hasil tersebut, kaliandra dan jambu biji memiliki ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan filtrat hijauan lainnya.
Percobaan terakhir mengenai uji pengikatan senyawa mineral. Uji pengikatan senyawa mineral dilakukan dengan penambahan CuSO4 dan KCl. Urutan pengikatan dengan penambahan CuSO4 adalah: teh hitam, teh hijau, kembang sepatu, kaliandra, gamal, jambu biji, lamtoro. Sedangkan urutan pengikatan dengan penambahan KCl adalah: kembang sepatu, gamal, kaliandra, teh hitam, teh hijau, jambu biji, lamtoro. Hasil dari pengikatan senyawa mineral ini menunjukkan hasil yang positif. Hal ini berarti terjadi pengendapan pada filtrat setelah ditambahkan dengan mineral tersebut.
Hasil uji pengikatan kompleks yang terdiri atas uji pengikatan senyawa protein, karbohidrat dan mineral diperoleh pembandingan dari ketiganya yang menunjukkan pengendapan paling dominan terjadi pada pengujian protein, kemudian mineral dan karbohidrat. Hal ini berarti tanin mampu mengikat atau mengendapkan protein. Dalam literatur juga dinyatakan bahwa kemampuan tanin untuk membentuk kompleks dengan protein lebih besar dibandingkan karbohidrat maupun polimer lainnya, hal ini dapat dijelaskan karena tanin secara biologik memilki sifat mengendapkan protein karena tanin memiliki jumlah grup-grup fungsional yang dapat membentuk kompleks kuat dengan molekul-molekul protein, namun hal ini dapat menyebabkan pengaruh yang negatif bagi ternak.


KESIMPULAN
Keberadaan tanin yang tertinggi terdapat pada daun kaliandra, sedangkan tanin dalam daun teh termasuk tanin terkondensasi yang tidak bersifat menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan. Kandungan kuinon dari teh hitam lebih besar jika dibandingkan dengan teh hijau. Uji pengikatan dengan protein dan karbohidrat paling banyak terdapat pada daun kaliandra dan jambu biji, sedangkan uji mineral paling banyak terdapat di daun kembang sepatu pada penambahan KCl dan teh hitam pada penambahan CuSO4. Pada uji pengikatan kompleks yang terdiri atas uji pengikatan senyawa protein, karbohidrat, dan mineral diperoleh pembandingan dari ketiganya yang menunjukkan pengendapan paling dominan terjadi pada pengujian protein.


Daftar Pustaka
Bennion E dan G.S.T. Bamford. 1979. Teh Technology of Cake Making. 5th ed. Leonard Hill Books: London.
Bokuchava, M.A. 1969. Advances in Food Research. Academic Press: London.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Cheeke P.R dan L.R. Shull. 1985 Natural Toxicants in Feed and Poisonous Plant. AVI Publishing Company.
Diniatik Soemardi, Eddy, Indri Khanina. 2007. Perbandingan kadar flavonoid total dan tanin total pada teh hijau dan teh hitam Camellia siniensis (L.) O.K dalam: pharmacy:jurnal farmasi Indonesia Vol:6 No:3(143-152). Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah: Purwokerto.
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. 2 nd. Ed. Marcel Dekker Inc: New York.
Fishman M.L. dan N.J. Nevcere. 1980. Partial Characterization of  Tanin Protein Complexes in Five Varieties of Gain Sorghum. J. Agriculture Food Chemistry. 28: 477-480.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Gaman, P. M dan K. B. Sherrington. 1992. ILMU PANGAN, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi kedua. Terjemahan: Murdijati G., Sri N., Agnes M. dan Sardjono. UGM Press: Yogyakarta.
Hangerman A.E. 1989. Chemistry of Tanin-Protein Complexation. Chemistry and Signifacance of Condensed Tanin. Plenum Press: New York.
Harbourne J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan K. Pandawinata dan Iwang S. Institut Teknik Bandung: Bandung.
Hastutiningrum, Sri dan Sri Luwihana, Arinta. 2003. Pengambilan tanin dari daun jambu biji dengan pelarut aquadest dalam jurnal iptek material Vol:2 No:1(40-51). Pusat Teknologi Dirgantara Terapan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional: Tangerang.
Jalaludin. 1994. Uji banding gamal dan angsana sebagai sumber protein, daun kembang sepatu, dan minyak kelapa sebagai agensia defaunasi dan suplementasi, analog hidroksimethionin dan amonium sulfat dalam ransum pertumbuhan sapi perah jantan. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Jayadi, S. 1991. Tanaman Makanan Ternak Tropika. Fakultas Peternakan IPB: Bogor.
Johanes C, Chandrawinata. 2009. Asupan Nutrisi Untuk Vegetarian. Dalam Kompas Online. (terhubung berkala)http://www.vegetarian-guide.com/susu-kacang-kedelai(22 April 2011).
Josyln M.A. dan J.L. Goldstein. 1964. Change In Phenolics Contents Persimmon During Risening and Processing. Agriculture Food Chemistry. 12: 511-520.
Kimbrought, W.D. 1978. Hibiscus. Encyclopedia Americana. Americana Corporation: Amerika.
Martin, Alfred.1993. Farmasi Fisik:Dasar-dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik Edisi 3. UI Press: Jakarta.
McDonald, P., R. A. Edwards, and J. F. D. Greenhalgh. 1995. Animal Nutrition. 5th Ed, Longman. Scientific and technical John willey and Sons. Inc: New York.
McDowell, LR. 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. Academic Press, Inc: New York.
Nakamura R. dan E. Doi. 2000. Egg Processing. Di dalam Shuryo Nakai dan H. Wayne Medler (ed). 2000. Food Protein : Processing Application. Willey-VCH, Inc.,: Canada.
Ophardt, C. E. 2003. Virtual chembook. (terhubung berkala)http://www.elmhurst.edu. (22 April 2011).
Rahman M., Palash K.S., Fida M.H., Sarnad M.A.M. dan Habibur M.R. 2004. Purification and Characterization of Invertase Enzym from Sugarcane. Pakistan J.Biol Sci., 7 (3): 340-345.
Rayner T. 2002. Fining and Clarifying Agent. (terhubung berkala) http://www.nature.com/onc/journal/v22/n42/full/1206814a.html. (22 April 2011).
Saptono E. 1995. Penggunaan Tepung daun gamal Sebagai pakan Ayam Pedaging. Sinar Tani: Yogyakarta.
Sari, Ika. 2006. Sintesis ester glukosa stearat melalui reaksi interesterifikasi dengan metode bebas pelarut. Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Soebarinoto.1986. Evaluasi Beberapa Hijauan Leguminosa Pohon Sebagai Sumber Protein untuk Hewan. Disertasi. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Sovia Lenny. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida, Alkaloida, Kuinon. USU Repository: Sumatera Utara.
Swain T. 1965. Teh Tanin. Di dalam Bonner J. dan Varner J.E. (Eds.) Plant Biochemistry. Academic Press: New York.
Tangendjaja B., E. wina, T. Ibrahim dan B. Palmer. 1992. Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Pemanfaatanya. Balai Penelitian Ternak dan Teh Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR).














Tidak ada komentar:

Posting Komentar