Minggu, 01 Mei 2011

Laporan Praktikum IPN 4 Mineral (Ivan Noveanto)

Laporan Praktikum Ke: 4 (empat)                Hari/Tanggal: Senin/ 21 Maret 2011
Integrasi Proses Nutrisi                                  Tempat Praktikum:Lab. Fisiologi (BFM)
                                                                       Nama Asisten: Yulfita Sari


MINERAL

Ivan Noveanto
D24090041


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seperti unsur nutrisi pada manusia, mineral berperan penting dalam proses fisiologis ternak, baik untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan kesehatan. Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam kehidupan alam maupun dalam makhluk hidup. Di alam, mineral merupakan unsur penting pada tanah, bebatuan, air, dan udara. Sedangkan pada tubuh makhluk hidup sendiri mineral merupakan salah satu komponen penyusun tubuh. 4-5% berat badan kita terdiri atas mineral, sekitar 50% mineral tubuh terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya terdiri atas mineral lain. Tubuh memerlukan mineral dari luar karena fungsinya yang penting untuk kelangsungan proses metabolisme. Mineral tidak dapat dibuat di dalam tubuh hewan, sehingga harus disediakan dalam ransum baik dalam hijauan, konsentrat, maupun pakan suplemen.
Mineral dibutuhkan ternak untuk berbagai fungsi, seperti pembentukan tulang dan gigi, pembekuan protein darah atau susu, bagian dari enzim dan protein, regulasi asam basa dan tekanan osmosis cairan di dalam tubuh, permeabilitas membran, kontrol replikasi dan diferensiasi sel, dan lain sebagainya.
Mineral yang essensial untuk ternak diklasifikasikan menjadi mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro terdiri dari Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Sedangkan mineral mikro terdiri dari Fe, Zn, Cu, Mo, Se, I, Mn, Co, Cr, Sn, V, F, Si, Ni, dan As. Pemberian ransum atau pakan pada ternak harus memperhatikan kandungan dan kualitas mineralnya. Kurangnya konsumsi mineral secara terus menerus dapat  menyebabkan penyakit defisiensi mineral yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan ternak, begitu juga konsumsi yang berlebih dapat menyebabkan ternak terkena penyakit.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati karakteristik beberapa mineral (Cu, Co, Fe, Zn, Mg, Cl) dan CO2, mengamati perubahan warna sampel yang diberi perlakuan, mengetahui kandungan mineral dalam sampel berdasarkan analisis kualitatif, dan mengamati peran Ca2+ dalam proses pembekuan susu atau darah.


TINJAUAN PUSTAKA
Mineral
Abu yang didapat dari analisis proksimat suatu bahan adalah bahan permulaan yang digunakan untuk determinasi jenis mineral, yang secara umum memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : (1) sebagai komponen penting senyawa pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan kuat; (2) mempertahankan keadaan kolodial dari beberapa senyawa di dalam tubuh; (3) memelihara keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh; (4) sebagai aktivator sistem enzim tertentu; (5) sebagai komponen dari suatu enzim tertentu dan (6) mineral memiliki sifat yang spesifik terhadap kepekaan otot dan saraf (Tillman et al., 1991).
Tubuh memerlukan mineral dari luar karena fungsinya yang penting untuk kelangsungan proses metabolisme. Walaupun jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit, keseimbangan dalam tubuh harus tetap terjaga. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan ternak, mineral digolongkan dalam dua kelompok yaitu makro mineral antara lain : kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), klor (Cl), sulfur (S) dan mikro mineral atau trace mineral terdiri dari : besi (Fe), cuprum (Cu), Zn, molybdenum (Mo), mangan (Mn), kobalt (Co), krom (Cr), nikel (Ni), dan yodium (I). Mineral makro dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan mineral mikro. Beberapa mineral memiliki lebih dari satu fungsi (Church dan Pond, 1982).

Cobalt (Co)
Cobalt memiliki fungsi untuk membentuk pembuluh darah serta pembangun B. Kobal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27. Cobalt memiliki warna sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan dan digolongkan dalam unsur metalik. Unsur kimia kobal tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. Unsur kimia kobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh agak keras dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Ion cobalt berperan dalam absopsi vitamin B12 serta untuk pertumbuhan mikroba rumen. (Mc.Donald, 2002).
Tembaga ( Cu )
Tembaga atau kuprum adalah penting bagi semua hewan dan tumbuhan peringkat tinggi. Tembaga diangkut paling banyak dalam aliran darah oleh sejenis protein plasma yang disebut seruloplasmin. Apabila tembaga pertama kali diserap di dalam perut, ia diangkut ke hati dan terikat pada albumin. Tembaga dijumpai pada bermacam jenis enzim, termasuk sitokrom c-oksidase yang berpusatkan tembaga dan enzim superoksida dismutase (mengandungi tembaga dan zink). Di samping peranan enzimnya, tembaga juga digunakan untuk pengangkutan elektron biologi (Annekov, 1975). Unsur  Cu diabsorpsi kurang baik oleh ruminansia dalam metabolisme tubuh (Kardaya, 2000). Meskipun Cu bukan merupakan bagian dari molekul haemoglobin, akan tetapi Cu ini adalah komponen yang sangat penting untuk pembentukkan sel darah merah dan menjaga aktivitasnya dalam sirkulasi (Nugroho, 1986).
Besi (Fe)
Besi murni cukup reaktif. Udara lembab dapat membuat besi murni mudah teroksidasi membentuk besi (III) oksida hidrat (karat). Logam ini mudah larut dala asam mineral (Cotton, 1989). Fungsi Fe yang penting adalah untuk absorpsi dan transport O2 ke dalam sel-sel, Fe juga merupakan komponen yang aktif dari beberapa enzim yaitu sitokrom perioksidase dan katalase. Selain itu Fe berfungsi sebagai mediator proses-proses oksidasi (Tillman et al, 1998). Unsur Fe  diabsorpsi sesuai dengan kebutuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status Fe dalam tubuh, umur hewan, kebutuhan metabolik tubuh, bentuk komponen zat besi yang terdapat dalam makanan dan ada tidaknya zat-zat  nutrisi lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi (Piliang, 2002). Fe lebih banyak diabsorpsi oleh hewan yang defisien Fe dibanding hewan yang tercukupi kebutuhan Fe, karena absorpsi dan metabolisme Fe diatur oleh status Fe pada mukosa usus. Tempat absorpsi Fe pertama adalah duodenum (Underwood dan Sutlle, 1999).
Magnesium ( Mg )
Magnesium didapat dengan berbagai cara. Dua buah sumber terpenting tersedianya magnesium adalah batuan dolomit dan air laut. Reduksi MgO atau dolomit mendapatkan magnesium. Magnesium berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan terlindungi oleh lapisan tipis oksida. Magnesium mudah larut dalam asam encer (Cotton, 1989). Magnesium organik penting bagi hewan dan tumbuhan. Klorofil merupakan porifrin berpusat magnesium. Banyak enzim memerlukan kehadiran ion magnesium, terutamanya enzim yang mempergunakan ATP.
Kekurangan magnesium dapat mengakibatkan kekejangan otot, yang biasanya dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, diabetis, tekanan darah tinggi, dan osteoporosis. Kekurangan akut zat magnesium sangat jarang berlaku. Magnesium merupakan mineral makro yang sangat penting. Sekitar 70% dari total Mg dalam tubuh terdapat dalam tulang atau kerangka (Underwood, 1981), sedangkan 30% lainnya tersebar dalam berbagai cairan tubuh dan jaringan lunak (Tillman et al, 1998). Mg dibutuhkan oleh sebagian besar sistem enzim, berperan dalam metabolisme karbohidrat dan dibutuhkan untuk mempernaiki fungsi sistem saraf (Perry et al., 2003). Selain itu Mg berperan penting untuk sintesis protein, asam nukleat, nukleotida, dan lipid (Girindra, 1988).
Seng ( Zn )
Jumlah Zn dalam tubuh adalah 3 mg persen. Jumlah terbanyak terdapat dalam jarigan epidermal (kulit, rambut, bulu wol) dan juga terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dalam tulang, otot, hati, organ kelamin dan darah. Pada darah 75% dari Zn ditemukan pada sel darah merah, 22% dalam serum darah, dan sisanya 3% dalam sel darah putih (Lioyd et al., 1978). Juga terdapat dalam enzim-enzim carbonic anhidrase, uricase, phospatase dan hormon isulin. Zn juga terdapat dalam susu dan juga kolostrum dalam jumlah yang lebih besar.
Fungsi Zn esensial sebagai komponen aktivator : (1) pada beberapa enzim diantaranya kaboksi peptidase, karbonat anhidrase, laktat dehidrogenase, DNA dan RNA polimerase (Tillman et al., 1991); (2) pada beberapa hormon diantaranya insulin dan glukagon; (3) bertanggungjawab pada sintesis asam nukleat (DNA dan RNA), dan sintesis protein (Lieberman dan Bruning, 1990) serta metabolisme karbohidrat (Church dan Pond, 1982). Fungsi Zn yang tak kalah pentingnya adalah biosintes heme, keseimbangan asam dan basa dan metabolisme vitamin A (Linder, 1992).
Aktivasi Zn yang berhubungan langsung terhadap penampilan ternak salah satu diantaranya adalah karboksi peptidase dan sintesa asam nukleat (Church and Pond, 1982). Ini berarti produk-produk metabolisme tersebut dapat dimanfaatkan oleh hewan inang baik secara fungsional maupun struktural terutama dalam pertumbuhan. Dari segi fisiologis, Zn berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan (Solomon, 1993). Dari segi biokimia, Zn sebagai komponen dari 200 macam enzim berperan dalam pembentukan dan konformasi polisome, sebagai stabilisasi membran sel, sebagai ion-bebas ultra-seluler, dan berperan dalam jalur metabolisme tubuh (Soegih, 1992).
Kandungan mineral Klor (Cl) pada Tepung Ikan
Tepung ikan dapat berasal dari ikan jenis kecil maupun jenis besar atau limbah/sisa bagian-bagian ikan yang tidak diikutsertakan dalam pengalengan. Kendala yang sering dijumpai adalah bahwa kadar lemak yang tinggi dari tepung ikan karena bahan baku awal tinggi lemak atau dalam proses pengolahan tidak dilakukan pembuangan lemaknya. Tepung ikan yang baik bila kadar lemak 10% dan tidak asin. Rasa asin ini terjadi karena penambahan NaCl sebagai pengawet sering ditambahkan pada bahan baku ikan yang kurang segar. Tepung ikan yang ada di Indonesia dibedakan antara impor dan lokal. Sementara ini tepung impor dianggap lebih baik karena protein kasar lebih dari 60% dan kadar lemak rendah, sedangkan tepung ikan lokal dengan konversi randemen 20% dari bahan baku hanya mempunyai kadar protein kasar 55-58% dan termasuk grade C. pemakaian tepung ikan untuk ransum unggas berkisar 10-15% dengan syarat sumbangan lemak ransum dari tepung ikan maksimal 1% (Cockerell et al., 1997).
Karbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida adalah hasil metabolisme dalam organisma yang mendapat tenaga dari penguraian gula atau lemak dengan oksigen sebagai sebagian metabolisma mereka, dalam proses yang dikenal dengan pernafasan selular. Ini termasuk pada semua tumbuhan, hewan, kebanyakan fungi dan sebagian bakterium. Karbon dioksida diangkut melalui darah (di mana banyak berada dalam larutan).
Kandungan karbon dioksida dalam udara segar adalah kurang daripada 1% (sekitar 350 ppm), dalam udara dihembus keluar sekitar 4.5% (Cotton, 1989). Hemoglobin, molekul utama dalam sel darah merah, dapat mengikat oksigen dan karbon dioksida. Jika kepekatan CO2 terlalu tinggi, semua hemoglobin dipenuhi karbon dioksida dan tidak ada pengangkutan oksigen (walaupun terdapat banyak oksigen dalam udara). Akibatnya, orang yang berada dalam tempat tertutup akan mengalami perasaan sukar bernafas akibat pengumpulan karbon dioksida.
Kalsium (Ca) dan kandungannya pada susu murni dan sari kedelai
Ketika kalsium sendiri diperlukan, batu kapur atau cangkang kerang giling biasanya digunakan. Suplemen kalsium yang lain antara lain tepung tulang, kalsium gluconate, kalsium laktat, dikalsium phosphat dan dolomit. Kebutuhan supplementasi tergantung pada kualitas ransum. Kalsium juga dapat berperan dalam proses pembekuan darah. Mekanisme pembekuan darah adalah pertama-tama trombosit pecah, tromboplastin/ Faktor antihemofili trombokinase, kemudian protrombin aktif menjadi thrombin dengan bantuan Ca++ dan Vit.K, selanjutnya fibrinogen menjadi benang-benang fibrin (LIPI, 2009).
Segelas susu murni (250ml) memenuhi 20% kalsium, sedangkan kandungan kalsium susu kedelai murni hanya sekitar 150 mg per gelas, yang hanya sekitar seperempat dari kalsium yang dikandung susu sapi murni (Johanes, 2009).
Peran mineral pada ternak
Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup ternak. Hampir semua mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses metabolisme ternak. Metabolisme dan interrelationship diantara mineral sangat bervariasi dan kompleks. Suatu kelebihan atau kekurangan mineral tertentu dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan dari mineral lain.
Mineral dibutuhkan ternak untuk berbagai fungsi, seperti pembentukan tulang dan gigi, pembekuan protein darah atau susu, bagian dari enzim dan protein, regulasi asam basa dan tekanan osmosis cairan di dalam tubuh, permeabilitas membran, kontrol replikasi dan diferensiasi sel, dan lain sebagainya.
Komposisi mineral pakan bervariasi tidak hanya karena perbedaan tanaman dan spesies tetapi juga antar tanaman yang sama dengan varietas yang berbeda. Leguminosa dan butir-butiran umumnya mengandung kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) lebih banyak dibanding tanaman lain. Banyak perubahan komposisi mineral terjadi dalam masa pertumbuhan tanaman. Perbedaan lingkungan juga sangat mempengaruhi kandungan mineral tanaman seperti jenis dan kondisi tanah, pengaruh pemupukan, komposit tanaman yang di tanam, serta cuaca dan iklim. Kebutuhan mineral pada ternak sangat bervariasi tergantung pada umur ternak, ukuran ternak, jenis kelamin, tipe produksi dan fase produksinya (McDowell, 1992).
Defisiensi dan Kelebihan Mineral
Jika mineral yang dikonsumsi kurang atau berlebih dari yang dibutuhkan akan menyebabkan efek negatif pada ternak. Kejadian defisiensi beberapa mineral makro dan mikro pada ternak serta efek negatif diantaranya adalah sebagai berikut. Pada mineral makro: Ca (Osteoporosis (rickets), osteomalacia, kerabang telur tipis, mengganggu proses pembekuan darah, milk fever, produksi susu menurun), P (Rickets, osteomalacia, pertumbuhan terhambat, napsu makan menurun, fertilitas jelek), K (Menurunkan napsu makan, pertumbuhan terhambat, otot lemah, paralysis, acidosis intraseluler, degenerasi organ vital, kelainan syaraf), Na (Dehidrasi, pertumbuhan jelek, produksi telur rendah), Cl (Alkalosis), Mg (Iritabilitas syaraf, convulsion, hypomagnesaemia), S (Pertumbuhan lambat, produksi susu menurun, efisiensi penggunaan pakan menurun) (McDowell, 1992)..
Sedangkan pada mineral mikro: Mn (Abnormalitas kerangka, ataxia, perosis, star-gazing pada anak ayam, birahi terlambat (pada sapi perah), kemampuan bunting rendah pada sapi perah), Zn (Pertumbuhan bulu jelek, pertumbuhan terhambat, napsu makan menurun, dermatitis kaki, spermatogenesis dan produksi testosteron terhambat), Fe (Anemia), I (Gondok, rambut rontok), Cu (Diare, napsu makan menurun, pertumbuhan menurun, rambut kasar dan kekurangan pigmen, mengganggu fungsi fermentasi rumen, menghambat formasi tulang), Co (Anemia, napsu makan menurun, produksi susu menurun, rambut kasar), F (Napsu makan menurun, pembesaran tulang), Se (White muscle disease, plasenta tertinggal, gejala mastitis), Mo (Diare, kehilangan bobot badan), Cr (Terganggungnya fungsi pankreas dalam memproduksi insulin, produksi susu menurun) (McDowell, 1992).


MATERI DAN METODE
Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, gelas arloji, spoit, spot plate, potongan kertas saring, sendok plastik kecil, corong, dan tissue.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aquadest, larutan A: garam Rochele (20 gr garam Rochele + 100 ml aquadest), Larutan B: garam Nitroso-R-salt (1 gr garam Nitroso-R-salt + 500 ml aquadest),  larutan C (larutan KOH 1 N), larutan D: Iodium (12,7 gr I + 40 gr KI + 25 ml aquadest, dan diencerkan sampai 100 ml), larutan E (NaOH 2 N), larutan F: dithizone (0,1 gr Dithizone + 100 ml CCl4), larutan G (AgNO3 5%), larutan H (HNO3 2 N), larutan I (HCl), tepung ikan, larutan kapur 5%, sampel susu, sari kedelai, larutan Ca(OH)2, sampel CuSO4, CoSO4, FeSO4, MgSO4, ZnSO4, CaCO3, NaCl, NaHCO3, Fe2+, CoCl2, MgO, sampel A, sampel B, Zn murni, dan Zn teknis.
Metode
Pengujian Co2+, Cu2+, Fe2+
Sebanyak 1-2 tetes larutan A diteteskan di atas 6 potongan kertas saring pada spot plate, kemudian ditambahkan sampel secukupnya (sampel standar CuSO4, CoSO4, CoCl2, CaCO3, dan FeSO4 murni dan teknis). Setelah itu, ditambahkan larutan B sebanyak 1-2 tetes. Diamati perubahan warna sampel awal dan keadaan akhir setelah ditetesi pereaksi.
Pengujian Mg2+
Sebanyak 2-3 tetes larutan C diteteskan ke dalam spot plate. Teteskan juga larutan D sebanyak 2-3 tetes di sebelahnya. Kemudian dicampur kedua larutan menggunakan spoit hingga terjadi warna kuning. Larutan campuran tersebut diteteskan ke atas 4 potongan kertas saring yang telah berisi sampel mineral (MgSO4, MgO, sampel A, dan sampel B). setelah itu diamati perubahan warna yang terjadi.
Pengujian Zn2+ (dicontohkan)
Dua potongan kertas saring masing-masing diletakkan pada gelas arloji. Sebanyak 2-3 tetes larutan E diteteskan di atasnya, kemudian ditambahkan sampel mineral (ZnSO4 murni dan ZnSO4 teknis) pada masing-masing potongan kertas saring. setelah itu, ditambahkan lagi larutan F sebanyak 2-3 tetes. Diamati perubahan warna spot yang terjadi.
Pengujian Cl-
Tepung ikan dimasukkan pada tabung reaksi dan dilarutkan dengan aquadest sampai 5 ml. Kemudian sampel disaring dengan menggunakan kertas saring ke tabung reaksi yang lain. Kemudian, ditambahkan 2 ml larutan H untuk mengasamkan. setelah itu, ditambah lagi dengan larutan G sebanyak 1-2 tetes. Pada reaksi tersebut diamati adanya endapan putih yang terbentuk. Prosedur yang sama dilakukan juga pada sampel NaCl. Dilihat perbedaannya.
Pengujian CO2
Sampel NaHCO3 diletakkan di atas gelas arloji secukupnya, lalu ditambahkan sebanyak 3-4 tetes larutan I (HCl) dengan perbandingan 1:1. Diamati adanya reaksi yang terjadi.
Peran Ca2+ dalam pembekuan susu murni dan sari kedelai
Sampel susu murni sebanyak 2 ml dimasukkan dalam 3 tabung reaksi yang telah diberi tanda. Sifat susu diamati. Larutan Ca(OH)2 dimasukkan sebanyak 5, 10, dan 15 tetes masing-masing ke dalam tabung reaksi tersebut. Diamati perubahan yang terjadi. Prosedur yang sama dilakukan dengan sampel sari kedelai.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil Pengujian Co2+, Cu2+, Fe2+ (teknis dan murni)
Nama Bahan
Sebelum reaksi
Sesudah reaksi
Fe2+ (teknis)
Hijau ++++
Butiran kasar
Hijau +++
cair
Fe2+ (murni)
Hijau ++
Butiran halus
Hijau +++
cair
CuSO4
Serbuk halus
Warna biru
Cair, warna biru dan pinggirannya kuning kehijauan
CoSO4
Serbuk halus
Warna orange
Cair
Warna orange
CoCl2,
Warna ungu
Cair
Warna orange
Cair
CaCO3
Bubuk putih
Putih pinggiran hijau, cair

Tabel 2. Hasil Pengujian Mg2+
Nama bahan
Sebelum reaksi
Sesudah reaksi
MgSO4
Putih
Coklat
MgO
Krem
Krem
Sampel A
Putih
Hitam
Sampel B
Putih
Hitam

Tabel 3. Hasil Pengujian Zn2+ (dicontohkan)
Nama bahan
Sebelum reaksi
Sesudah reaksi
ZnSO4 murni
Serbuk halus
Warna putih
Serbuk larut
Ungu, pinggiran coklat
ZnSO4 teknis
Serbuk kasar
Warna kuning ++
Serbuk larut
Ungu, pinggiran coklat


Tabel 4. Hasil Pengujian Cl(ditetesi HNO3 2 N dan  AgNO3 5%)
Nama bahan
 Warna Awal
HNO3
AgNO3 5%
Tepung ikan
Kuning pekat
Putih pudar
Putih susu, ada endapan tipis
NaCl
Putih keruh
Putih +++
Putih ++++, endapan lebih tebal

Tabel 5. Hasil Pengujian CO2 (mineral NaHCO3 direaksikan dengan HCl)
Uji ke-
Sebelum reaksi
Sesudah reaksi
1
Padatan putih
-Berbusa
-Terdapat gas
-Ada endapan NaCl
-Terdapat uap air
2
Padatan putih, butiran halus
-Berbuih seperti soda
-Suhu gelas arloji menjadi  dingin.

Tabel 6. Hasil Pengujian peran Ca2+ dalam pembekuan susu murni dan sari kedelai
Nama bahan
Ditambah Ca(OH)2
Sebelum reaksi
Sesudah reaksi
Susu murni
5 tetes
Warna putih
Endapan +
Warna putih
Endapan ++
10 tetes
Warna putih
Endapan +++
15 tetes
Warna putih
Endapan ++++
Sari kedelai
5 tetes
Warna putih gading
Endapan ++++
Putih gading ++
Endapan +++
10 tetes
Putih gading +++
Endapan ++
15 tetes
Putih gading ++++
Endapan +


Keterangan:
++++   : sangat banyak
+++     : banyak
++        : cukup
+          : sedikit
Pembahasan
Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup ternak. Hampir semua mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses metabolisme ternak. Suatu kelebihan atau kekurangan mineral tertentu dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan dari mineral lain. Tubuh memerlukan mineral dari luar karena fungsinya yang penting untuk kelangsungan proses metabolisme. Mineral dibutuhkan ternak untuk berbagai fungsi, seperti pembentukan tulang dan gigi, pembekuan protein darah atau susu, bagian dari enzim dan protein, regulasi asam basa dan tekanan osmosis cairan di dalam tubuh, permeabilitas membran, kontrol replikasi dan diferensiasi sel, dan lain sebagainya.
Walaupun jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit, keseimbangan dalam tubuh harus tetap terjaga. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan ternak, mineral digolongkan dalam dua kelompok yaitu, makro mineral antara lain : kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), klor (Cl), sulfur (S). sedangkan mikro mineral terdiri dari : besi (Fe), cuprum (Cu), Zn, molybdenum (Mo), mangan (Mn), kobalt (Co), krom (Cr), nikel (Ni), dan yodium (I).
Percobaan kali ini untuk mengetahui kandungan beberapa mineral yang dapat dilakukan dengan beberapa pengujian, antara lain: uji Co2+, Cu2+, Fe2+ (teknis dan murni), uji Mg2+, uji Zn2+ (dicontohkan), uji Cl- dalam tepung ikan dan NaCl, uji CO2, dan uji peran Ca2+ dalam pembekuan susu murni dan sari kedelai.
Hasil pengamatan untuk uji Co2+, Cu2+, Fe2+ (teknis dan murni), uji Mg2+, uji Zn2+ (dicontohkan) ditandai dengan adanya perubahan warna yang terjadi pada sampel yang diamati sebelum dan setelah reaksi. Apabila sampel tersebut positif mengandung mineral tersebut maka warna dari sampel akan sama dengan warna salah satu standar diatas yaitu Co2+, Cu2+, Fe2+ (teknis dan murni), uji Mg2+, uji Zn2+. Sampel yang mengandung  Co2+ setelah dilakukan pengujiaan, akan mengalami perubahan warna menjadi orange, sedangkan sampel yang mengandung Cu2+ dan  Fe2+ setelah dilakukan pengujian akan mengalami perubahan warna masing-masing adalah kuning kehijauan dan hijau tua. Dalam literatur, Cu adalah komponen yang sangat penting untuk pembentukkan sel darah merah dan menjaga aktivitasnya dalam sirkulasi. Cobalt memiliki warna sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan dan digolongkan dalam unsur metalik. Sedangakan fungsi Fe yang penting adalah untuk absorpsi dan transport O2 ke dalam sel-sel, Fe juga merupakan komponen yang aktif dari beberapa enzim yaitu sitokrom perioksidase dan katalase.
Sampel yang mengandung Mg2+, setelah dilakukan uji Mg2+ akan mengalami perubahan warna menjadi agak kecoklatan, berdasarkan hasil pengamatan, sampel A dan sampel B mengandung mineral Mg2+. Dalam literatur disebutkan bahwa magnesium berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan terlindungi oleh lapisan tipis oksida. Banyak enzim memerlukan kehadiran ion magnesium, terutamanya enzim yang mempergunakan ATP.
Dalam pengamatan uji Zn2+, tidak dilakukan oleh praktikan, hanya dicontohkan oleh asisten. Dalam uji ini pula aka dilihat perbedaan warna antara ZnSO4 murni dan ZnSO4 teknis. Pada ZnSO4 murni, warna awal putih dan setelah reaksi berubah warna menjadi ungu dengan pinggiran coklat. Pada ZnSO4 teknis, warna awal kuning dan setelah reaksi berubah warna menjadi ungu dengan pinggiran coklat. Hanya warna awal yang berbeda. Dalam literatur disebutkan bahwa Zn berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan
Hasil pengamatan untuk uji Cl- dalam tepung ikan dan NaCl ditunjukan dengan adanya endapan. Endapan ini ditemukan pada kedua sample, namun berbeda dalam jumlah endapan yang dihasilkan. Pada tepung ikan terdapat sedikit endapan, sedangkan pada NaCl terdapat banyak endapan. Cl merupakan mineral makro, Cl untuk ternak berasal dari NaCl dan potassium chlorida. Konsentrasi  di dalam tubuh ternak adalah 1,1 g/kg. Defisiensi mineral ini mengakibatkan alkalosis pada ternak. Sedangkan kelebihannya menyebabkan peningkatan keasaman.
Pengamatan selanjutnya adalah pengujian sampel yang mengandung CO2. Sampel yang digunakan adalah NaHCO3, setelah dilakukan uji CO2 tidak mengalami perubahan warna, namun menghasilkan gelembung-gelembung gas, endapan, uap air, dan suhu gelas arloji menjadi dingin. Hal tersebut terjadi karena adanya reaksi endoterm pada percampuran NaHCO3 dengan HCl yang menghasilkan NaCl, H2O, dan CO2. Jadi endapan yang dihasilkan tersebut adalah endapan garam NaCl, dan gelembung gas CO2, serta H2O sebagai uap air.  
Pengujian terakhir adalah mengenai peran Ca2+ dalam pembekuan susu murni dan sari kedelai yang ditunjukkan dengan adanya endapan. Dalam pengujian ini dilakukan 3 perlakuan terhadap volume Ca(OH)2. Pada susu murni, sebelum perlakuan didapatkan sedikit endapan. Sedangkan setelah diberi Ca(OH)2 sampai 15 tetes, endapan juga semakin banyak. Pada sari kedelai, sebelum perlakuan didapatkan banyak endapan dan warna putih gading. Sedangkan setelah diberi Ca(OH)2 sampai 15 tetes, endapan semakin sedikit dan warna putih gading yang semakin pekat.


KESIMPULAN
Hasil pengamatan untuk uji Co2+, Cu2+, Fe2+ (teknis dan murni), uji Mg2+, uji Zn2+ (dicontohkan) ditandai dengan adanya perubahan warna. Mineral yang terkandung dalam Co2+, Cu2+, Fe2+ (teknis dan murni) memiliki warna hijau kecoklatan. Mg2+ akan mengalami perubahan warna menjadi agak kecoklatan, berdasarkan hasil pengamatan, sampel A dan sampel B mengandung mineral Mg2. Pada ZnSO4 setelah reaksi berubah warna menjadi ungu dengan pinggiran coklat, hanya warna awal yang berbeda. Tepung ikan dan NaCl mengandung mineral Cl yang ditunjukan dengan adanya endapan, namun hanya terdapat sedikit kandungan Cl pada tepung ikan. Pada pengujian sampel yang mengandung CO2, terjadi reaksi endoterm dengan endapan garam NaCl, gelembung gas CO2, serta H2O sebagai uap air. Pada pengujian mengenai peran Ca2+ dalam pembekuan susu murni dan sari kedelai, didapatkan hasil kandungan kalsium yang lebih banyak pada susu murni. Setelah direaksikan, terdapat endapan yang semakin banyak pada susu murni, yang menandakan adanya pembekuan susu.


DAFTAR PUSTAKA
[UPT Balai informasi teknologi LIPI]. 2009. Pembentukan Darah. (terhubung berkala)http://www.searchpdf.com(26 Maret 2011).
Annekov, B. N. 1974. Mineral Feeding of Sheep in Mineral Nutrition of Animal Studies in the Agric. and Food Sci. Butterworths, London-Toronto. p. 321-354.
Church, D. C. and W. G. Pond. 1982. Basic Animal Nutrition and Feeding. 2nd ed. John Wiley and Son: New York - Singapore.
Cockerell, I.D. Haliday and D.J. Morgan. 1997. Quality Control in the Animal Feedstuff Manufacturing Industry. Tropical Product Institute: London.
Cotton F. Albert dan Wilkinson Geoffrey. 1989. Kimia Organik Dasar. Terjemahan: Sahati Suharto. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Girindra, A. 1998. Biokimia Patologi Hewan. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor Press: Bogor.
Johanes C, Chandrawinata. 2009. Asupan Nutrisi Untuk Vegetarian. Dalam Kompas Online. (terhubung berkala)http://www.vegetarian-guide.com/susu-kacang-kedelai(26 Maret 2011).
Kardaya, D. 2000. Pengaruh suplementasi mineral organik (Zn-Proteinat, Cu-Proteinat) dan amonium molibdat terhadap performans domba lokal. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Lieberman, S and N. Bruning. 1990. The Real Vitamin and Mineral Book. A Very Publishing Group Inc. Garden City Park: New York.
Linder, M. C. 1992. Nutrisi dan Metabolisme Karbohidrat (Terjemahan). Linder (ed) Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Lioyd, L. E., B. E. McDonald, and E. W. Crampton. 1978. Fundamentals of Nutrition 2nd Ed. W. H. Freeman & Co: San Fransisco.
McDonald, P., RA Edwards, Greenhalgh J.F.D, and CA Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Prentice Hall: London.
McDowell, LR. 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. Academic Press, Inc: New York.
Nugroho. 1986. Penyakit Kekurangan Mineral pada Sapi. Eka Offset: Semarang.
Perry, T. W., A. E. Cullison and R.S. Lowrey. 2003. Feeds and Feeding. Sixth Edition. Pearson Education, Inc.: Upper Saddle River, New Jersey.
Piliang, W. G. 2002. Nutrisi Mineral (Edisi Kelima). Institut Pertanian Bogor Press: Bogor.
Soegih, R. 1992. Peranan mineral khususnya elemen renik terhadap kesehatan. Seminar Sehari Pengaruh Mineral Terhadap Kesehatan: Jakarta.
Solomon , N.W. 1993. Zinc. Encyclopedia of Food Science, Food Technology and Nutrition. Vol 7. London. 49 : 80-94.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosukujo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar (Cetakan Ke- 6). Gajah Mada Universitty Press: Fakultas Peternakan, UGM, Yogyakarta.
-          . 1991. Ilmu Makanan ternak Dasar. Gajah Mada Universitty Press: Fakultas Peternakan, UGM, Yogyakarta.
Underwood, E. J. 1981. The Mineral Nutrition of Livestock. Second Edition. Commonweath Agricultural Bureaux: London.
Underwood, E. J. and N. F. Suttle. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock. Third Edition. CABI Publishing: London.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar